Yoyok Riyo berangkat sendirian ke Singapura untuk memenuhi undangan dari Kementerian Luar Negeri Singapura dan Center for Liveable Cities (CLC). Dia diundang untuk bertukar ilmu dengan para wali kota dari berbagai negara dalam dua forum internasional, yakni workshop International Leaders in Urban Governance Program (ILUGLP) dan World Cities Summit 2016.
"Sedih juga harus meninggalkan keluarga dalam suasana Idul Fitri. Tapi ada ribuan aparatur pemerintahan, TNI dan Polri yang terpaksa meninggalkan keluarganya demi tugas. Berbagi kebaikan dan mengabdi pada negara adalah kewajiban yang harus dijalani," ujar Yoyok Riyo dalam pesan singkatnya kepada wartawan, Jumat (8/7/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Singapura dan umumnya kota-kota besar di dunia memiliki tiga persoalan utama, yaitu keterbatasan ruang, ledakan populasi dan perilaku manusia. Di Batang persoalannya agak berbeda, kekurangan uang tapi kami harus berkomitmen untuk menjamin kebahagiaan dan bermanfaat bagi setiap warganya, bukan hanya mereka yang punya uang," papar Yoyok.
Mantan Intel BIN ini menambahkan dipilihnya Batang sebagai peserta dalam workshop ILUGLP dan World Cities Summit oleh Kementerian Luar Negeri Singapura dan CLC lantaran Batang dinilai memiliki prospek pembangunan yang baik. Oleh karena itu, Yoyok Riyo juga diminta untuk memaparkan strateginya mengelola Kabupaten Batang.
![]() |
"Alhamdulilah, apa yang kami kerjakan di Batang tidak hanya diakui di Indonesia tapi juga oleh negara maju. Hal ini tentunya akan menambah motivasi bagi kepemimpinan di Batang yang akan datang," ujar Yoyok.
Dalam forum yang sama, Yoyok juga memaparkan bagaimana transparansi anggaran dan kebijakan di Kabupaten Batang menjadi dasar untuk mengubah perilaku warga dari tidak peduli menjadi warga yang memiliki hasrat untuk terlibat.
"Kepemimpinan adalah tentang membangun dan menjaga harapan rakyat. Transparansi membuat rakyat selalu punya harapan untuk selalu terlibat dalam pembangunan, minimal terlibat mengawasi," lanjut yoyok. (tor/Hbb)