Ada kambing guling yang dibakar langsung di halaman Wisma Duta, nasi kebuli, lontong opor ayam khas lebaran, ketupat sayur, nasi campur dan berbagai macam hidangan Nusantara lainnya.
Sajian kuliner kambing guling (dok. KBRI Den Haag) |
"Selamat Idul Fitri 1437 H dan apresiasi saya atas semangat solidaritas, persatuan dan saling menghargai antar masyarakat Indonesia di Belanda," ujar Dubes I Gusti Agung Wesaka Puja mengawali sambutannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suasana keakraban dan kebersamaan (dok. KBRI Den Haag) |
"Tradisi yang baik ini perlu terus dilestarikan dan diperkenalkan kepada masyarakat Belanda," pesan Dubes.
Usai sambutan, Dubes melakukan pemotongan tumpeng dan secara simbolik menyerahkan kepada perwakilan masyarakat generasi muda dan lebih tua.
Pantauan selayang pandang, warga masyarakat yang merayakan Idul Fitri 1437 H di kediaman resmi Dubes RI untuk Belanda ini terus berdatangan sejak dibuka pukul 13.00 hingga acara selesai pada pukul 17.00 waktu setempat.
Mereka dari berbagai latar belakang, antara lain jamaah masjid-masjid Indonesia di Belanda, masyarakat Hindhu, Kristen dan Katholik, pelajar, diaspora, ekspatriat Indonesia, kalangan asing dari Friends of Indonesia, dan masyarakat umum lainnya dari berbagai kota.
Dubes Puja berfoto dengan warga (dok. KBRI Den Haag) |
"Petugas mencatat lebih dari 1.500 warga menghadiri perayaan ini, termasuk warga Belanda dan asing lainnya," ujar Minister Counsellor Azis Nurwahyudi seusai acara.
Masyarakat juga dihibur dengan lagu-lagu Indonesia oleh penyanyi Ferry Kusuma dan Diana. Dubes Puja menyumbangkan satu lagu lawas 'Hitam Manis', disusul partisipasi dari masyarakat, termasuk dengan line dance Poco-Poco dan Kumbia.
Masyarakat yang hadir merasa sangat terhibur (dok. KBRI Den Haag) |
Rania Timmer, ibu 2 anak dan bersuami orang Belanda, secara khusus datang meskipun harus menempuh perjalanan lebih dari 2,5 jam dari Sluiskil, kota kecil di propinsi Zeeland di ujung perbatasan Belanda-Belgia.
"Baru pertama kali saya sekeluarga ikut Lebaran seperti ini. Sebenarnya ada beberapa keluarga di Sluiskil yang juga ingin datang, namun mereka harus masuk kerja. Kami senang bisa ke sini, acaranya meriah, anak-anak juga bisa bermain dan bergembira. Dan terpenting, kami bisa bersilaturahmi dengan masyarakat lainnya di hari yang mulia ini," cetus Rania.
Masjid Tidak Muat
Sebelumnya "masjid Indonesia" Al-Hikmah di Den Haag juga tidak muat menampung jamaah salat Idul Fitri, hingga luber sampai halaman. Diperkirakan lebih dari 1.200 orang dari berbagai kebangsaan dan warna kulit menunaikan salat Id di sini.
Suasana perayaan Idul Fitri di Den Haag (dok. KBRI Den Haag) |
Khotib merangkap imam ustaz Fatkhul Umam, S.H dalam khotbahnya menekankan agar umat Islam melanjutkan nilai-nilai Ramadan di bulan-bulan selanjutnya.
"Ramadan menempa manusia untuk menjadi insan yang lebih baik, insan bertakwa dan istiqomah. Hal itu perlu diteruskan karena sangat berguna dalam kehidupan manusia, berbangsa dan bernegara," ujar Fatkhul Umam. (es/hri)












































Sajian kuliner kambing guling (dok. KBRI Den Haag)
Suasana keakraban dan kebersamaan (dok. KBRI Den Haag)
Dubes Puja berfoto dengan warga (dok. KBRI Den Haag)
Masyarakat yang hadir merasa sangat terhibur (dok. KBRI Den Haag)
Suasana perayaan Idul Fitri di Den Haag (dok. KBRI Den Haag)