Saat Pengasuh 1.000 Bebek Mudik Lebaran

Anyonghaseo (19)

Saat Pengasuh 1.000 Bebek Mudik Lebaran

Aji Surya - detikNews
Kamis, 07 Jul 2016 10:26 WIB
Saat Pengasuh 1.000 Bebek Mudik Lebaran
Foto: Aji Surya
Jakarta - Memikirkan soal pendapatan, kadang bikin pusing tujuh keliling. Namun, bermodal kreatifitas plus modal yang tidak banyak, ternyata bisa membuahkan sesuatu. Yang penting, jiwa ini harus bersyukur, ikhlas, tidak mengeluh dan terus berikhtiar, sebagaimana inti dari idul fitri.

Ia biasa dipanggil Madi, dan memang namanya hanya Madi. Orang tuanya mungkin tidak pernah memiliki mimpi yang melambung apalagi terseret-seret zaman globalisasi, sehingga kemudian memberi nama anaknya begitu sederhana. Tapi jangan lupa, bisa jadi juga, nama itu adalah potongan dari nama begitu indah, Ahmadi. Sebuah kosa kata yang berasal dari nama nabi di akhir zaman. Entahlah.

Yang jelas, Madi adalah pria tengah baya yang bekerja sebagai TKI di Korea ini, kemarin (06/07/16) menangis sejadi-jadinya di depan ibunya, tatkala acara sungkeman lebaran. Mukanya menjadi terlihat kemerahan setelah air matanya banjir seperti sungai Han di tengah kota Seoul. Kejadian tersebut sungguh sangat mengagetkan, karena selama ini Madi adalah pria yang tegar, seperti karang yang tak goyah diterjang ombak lautan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan! Madi sesenggukan bukan karena ia sedang kecapekan pulang kampung ke Cirebon yang harus ditempuh ribuan kilometer dan bermacetria. Ia tiba dari negeri ginseng pertengahan Juni 2016 dengan penerbangan reguler yang kursinya empuk. Namun, Madi mencucurkan airmatanya karena merasa doa ibu bapaknyalah yang membuatnya menjadi manusia yang berguna. Memang, pria yang menjadi pengurus masjid Indonesia di daerah Incheon ini, bukanlah seorang pejabat RT atau bupati, namun jasanya bagi kampung halamannya, sungguh tidak bisa dianggap enteng. Ia telah mengukir prestasi dalam diam.

Madi datang pertama kali menjadi TKI ke Korea pada tahun 2008. Tidak sampai 4 tahun, ia sudah bosan. Tidak suka disuruh-suruh oleh bosnya di pabrik. Akhirnya ia pulang ke desanya di Luwungkencana, Kecamatan Susukan. Dengan modal Rp 20 juta, ia berusaha menjadi pengusaha daging dan telor bebek. Dibuatlah alat penetas telor "made in sendiri", memborong 400 telor untuk ditetaskan, pasang listrik serta peralatan lainnya. "Saya kan jualan bebek. Nah kalau menetaskan telor sendiri, maka bisa sedikit menekan biaya produksi," ujarnya.

Karena kegigihannya, usaha ecek-ecek itu boleh dibilang berkembang dan meraup cukup banyak keuntungan. Dari bebek petelor saja, ia tiap hari bisa meraup pendapatan kisaran seperempat juta rupiah. Tidak heran beberapa kendaraan roda empat sempat dinaikinya. Bahkan, ia kemudian ekspansi usaha lain seperti abon bebek, abon ayam dan abon lele. Untuk memberikan manfaat bagi sekitar, Madi pun kemudian mendirikan koperasi yang terkait dengan bisnis wekwek ini, yang bernama "Kelompok Ternak Bebek Jaya". Seribuan bebek di bawah asuhannya.

Bukan wiraswasta bila tidak mengalami goncangan badai. Di tengah usahanya yang mulai mencuat, kakak Madi tiba-tiba sakit keras dan harus bolak-balik masuk rumah sakit. Untuk pengobatan itu, Madi merogoh kantong dalam-dalam sehingga menguras 80 persen modal yang pernah dimilikinya. Bahkan dua kendaraan roda empat dilegonya. Ia puas membiayai kakaknya, walaupun Tuhan akhirnya berkehendak lain.

Penulis: M Aji Surya
Di tengah kesulitan baru, Madi kembali berpikir keras. Tak ada jalan lain, untuk menambah modal, tahun 2014 lalu ia kembali ia menjadi TKI di Korea sampai saat ini. "Maklumlah, saat itu, produksi usaha kami turun drastis. Dari pengiriman 400 ekor bebek per-minggu menjadi 300 ekor per bulan," katanya.

Seiring dengan suntikan modal dari negeri ginseng, usaha Madi dan kelompoknya naik daun lagi. Tahun 2015, Pemda Cirebon melirik keberhasilan kelompoknya, lalu mengucurkan bantuan sebanyak Rp 30 juta dari APBD. Tahun kemarin, lagi-lagi Madi juga juara dua lomba wiraswasta bebek se-Jabar dan mendapat hadiah Rp 7 juta. Sedangkan tahun ini, ada isu yang sudah santer beredar bahwa Pemerintah Pusat melalui APBN akan mengucurkan bantuan APBN sebesar Rp 200 juta. Wow gitu loh.

"Kalau dulu kita hanya memproduksi telor dan daging bebek, sekarang kami coba mengembangkan abon dan telor asin. Sesuatu yang baru ini memang belum lancar betul, namun saya yakin masa depannya bagus. Sementara saya berada di Korea, manajemen usaha dipegang keluarga," katanya.

Tidak pernah membayangkan memang, pemuda kampung itu kini menjadi inspirasi banyak orang. Di tengah-tengah keberhasilannya itu, Madi tetap terlihat sederhana. Tidak banyak kalam. Itulah mengapa, banyak temannya di Korea tidak tahu bahwa ia adalah seorang pengusaha wekwek yang cukup disegani.

Di lebaran kemarin, Madi menyantap ketupat opor ayam dengan penuh semangat. Terlihat amat lahap. Mungkin, ia sedang menikmati semua jerih payahnya sambil melihat kemacetan horor di dekat rumah. Senyumnya mengembang walaupun ia sebentar lagi harus kembali menjadi TKI di negeri ginseng. "Kebersamaan dengan keluarga ini tak bisa tergantikan oleh apapun," ujarnya. (faj/faj)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads