Ia biasa dipanggil Madi, dan memang namanya hanya Madi. Orang tuanya mungkin tidak pernah memiliki mimpi yang melambung apalagi terseret-seret zaman globalisasi, sehingga kemudian memberi nama anaknya begitu sederhana. Tapi jangan lupa, bisa jadi juga, nama itu adalah potongan dari nama begitu indah, Ahmadi. Sebuah kosa kata yang berasal dari nama nabi di akhir zaman. Entahlah.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Karena kegigihannya, usaha ecek-ecek itu boleh dibilang berkembang dan meraup cukup banyak keuntungan. Dari bebek petelor saja, ia tiap hari bisa meraup pendapatan kisaran seperempat juta rupiah. Tidak heran beberapa kendaraan roda empat sempat dinaikinya. Bahkan, ia kemudian ekspansi usaha lain seperti abon bebek, abon ayam dan abon lele. Untuk memberikan manfaat bagi sekitar, Madi pun kemudian mendirikan koperasi yang terkait dengan bisnis wekwek ini, yang bernama "Kelompok Ternak Bebek Jaya". Seribuan bebek di bawah asuhannya.
Bukan wiraswasta bila tidak mengalami goncangan badai. Di tengah usahanya yang mulai mencuat, kakak Madi tiba-tiba sakit keras dan harus bolak-balik masuk rumah sakit. Untuk pengobatan itu, Madi merogoh kantong dalam-dalam sehingga menguras 80 persen modal yang pernah dimilikinya. Bahkan dua kendaraan roda empat dilegonya. Ia puas membiayai kakaknya, walaupun Tuhan akhirnya berkehendak lain.
Penulis: M Aji Surya |
Seiring dengan suntikan modal dari negeri ginseng, usaha Madi dan kelompoknya naik daun lagi. Tahun 2015, Pemda Cirebon melirik keberhasilan kelompoknya, lalu mengucurkan bantuan sebanyak Rp 30 juta dari APBD. Tahun kemarin, lagi-lagi Madi juga juara dua lomba wiraswasta bebek se-Jabar dan mendapat hadiah Rp 7 juta. Sedangkan tahun ini, ada isu yang sudah santer beredar bahwa Pemerintah Pusat melalui APBN akan mengucurkan bantuan APBN sebesar Rp 200 juta. Wow gitu loh.
"Kalau dulu kita hanya memproduksi telor dan daging bebek, sekarang kami coba mengembangkan abon dan telor asin. Sesuatu yang baru ini memang belum lancar betul, namun saya yakin masa depannya bagus. Sementara saya berada di Korea, manajemen usaha dipegang keluarga," katanya.
Tidak pernah membayangkan memang, pemuda kampung itu kini menjadi inspirasi banyak orang. Di tengah-tengah keberhasilannya itu, Madi tetap terlihat sederhana. Tidak banyak kalam. Itulah mengapa, banyak temannya di Korea tidak tahu bahwa ia adalah seorang pengusaha wekwek yang cukup disegani.
Di lebaran kemarin, Madi menyantap ketupat opor ayam dengan penuh semangat. Terlihat amat lahap. Mungkin, ia sedang menikmati semua jerih payahnya sambil melihat kemacetan horor di dekat rumah. Senyumnya mengembang walaupun ia sebentar lagi harus kembali menjadi TKI di negeri ginseng. "Kebersamaan dengan keluarga ini tak bisa tergantikan oleh apapun," ujarnya. (faj/faj)














































Penulis: M Aji Surya