Pada Selasa (5/7) malam, anak-anak ini berparade dalam rangka mengikuti takbir keliling di desa mereka. Takbir ini diiringi dengan seperangkat alat musik yang mereka sebut "drumblek".
"Alat musiknya berupa 'blek', kaleng biskuit yang tak dipakai lagi. Makanya disebut drumblek," kata Zaki, pemimpin grup drumblek RT 03 RW 02 Desa Bener. Ada tujuh grup drumblek yang ikut dalam takbir keliling mengitari Desa Bener.
![]() |
Satu tim drumblek minimal berisi 22 pemain. Selain pemain alat musik, ada "tim hore"yang menari-nari mengikuti irama musik. Mereka mengenakan seragam berupa pakaian muslim rapi, tapi ada juga yang memakai seragam bukan pakaian muslim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak beda jauh dengan grup drumband, satu formasi drumblek paling tidak terdiri atas dua belera, tujuh buah kentongan, empat drum plastik berdiameter 1 meter, empat kaleng berdiameter 50 cm, dan tak ketinggalan enam buah blek biskuit.
Kentongan bambu mereka bikin sendiri dari bambu yang banyak tumbuh di desa mereka. Drum plastik besar merupakan bekas wadah bahan kimia. Kaleng blek merupakan bekas cat tembok.
Kecuali belera, semua alat musik tersebut merupakan perkakas bekas yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga bisa menciptakan harmoni nada.
"Ada tim juri yang menilai peserta drumblek. Sehingga peserta termotivasi untuk menampilkan kreasi terbaik mereka," kata salah satu panitia takbir keliling, M. Hasan.
![]() |
Dari delapan grup drumblek yang ikut berpawai, ada tim yang membawa miniatur musala di RT mereka, ada pula yang membawa miniatur mushaf Al-Quran. Harmonisasi alat musik hasil improvisasi ini cukup indah mengiringi takbir keliling.
(dra/dra)