Merasakan Geliat Malam Takbir Idul Fitri di Kuala Lumpur yang Tak Seramai Jakarta

Merasakan Geliat Malam Takbir Idul Fitri di Kuala Lumpur yang Tak Seramai Jakarta

Ahmad Masaul Khoiri, - detikNews
Rabu, 06 Jul 2016 00:45 WIB
Foto: Masaul/detikcom
Kuala Lumpur - Jika Anda mengunjungi Malaysia saat malam takbiran Idul Fitri, mungkin akan merasakan perbedaan suasana yang kentara. Meski mayoritas penduduk Malaysia adalah muslim, namun tidak ada euforia perayaan saat hari kemenangan Islam itu.

Detikcom mencoba merasakan malam takbir mengitari pusat kota, Kuala Lumpur, Selasa malam hingga Rabu dini hari (6/7/2017). Tidak ada geliat berbeda yang menandakan aktivitas keagamaan menyambut lebaran di jalanan protokol.

Staf Kedubes Indonesia untuk Malaysia, Tunja (47) yang mengaku sudah tinggal selama 25 tahun di Kuala Lumpur mengamini hal tersebut. Menurut dia, gema takbir hanya berkumandang selepas Salat Isya dan tidak sampai larut malam seperti di Indonesia.

"Takbiran di sini itu hanya saat selepas Isya dan tidak sampai larut malam. Memang berbeda sama sekali. Sepi lebih tepatnya," ujar dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama perjalanan pun hanya terdengar sayup-sayup beberapa bunyi petasan. Nyaris tidak ada kumandang takbir bersahutan di negeri semenanjung Malaka ini.

"Di sini petasan dilarang juga. Sering terjadi kecelakaan akibat penggunaan petasan itu. Pemakaian petasan sampai larut malam seperti ini hanya ada di Kampong Bharu atau kampung warga Melayu," urai Tunja yang menjelaskan letak kampung tersebut di tengah kota Kuala Lumpur.

"Masjid di sini cukup banyak tetapi tidak seperti di Indonesia yang setiap RW (rukun warga) ada. Tapi ya itu tadi tidak ramai bertakbir," sambung dia.

Waktu di Kuala Lumpur menunjukkan pukul 23.20, pusat kota di Jalan Sultan Ismail masih macet dikarenakan warga yang berbelanja pada malam hari raya. Keramaian dan kemacetan tersebut dikatakan Tunja terjadi karena saat itulah warga muslim berbondong-bondong membeli berbagai baju yang diobral menjelang lebaran.

"Ini merupakan daerah shopping orang Melayu di pertokoan kawasan Jalan Tuanku Abdul Rahman dan Masjid India. Biasanya sih kalau buka normal hanya sampai pukul 21.00," kata Tunja sembari menjelaskan lampu hias yang menambah semarak malam lebaran itu hanya ada di waktu ramadan hingga lebaran usai.

"Lazimnya di sini itu salat id di masjid bukan di lapangan, jadi beda dong. Saya pernah kebingungan waktu awal dulu mau salat id dan sudah datang fajar setelah Subuh. Eh taunya dimulainya siang pukul 09.00," pungkas dia. (dra/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads