Prof. Dr. Winarno dikenal sebagai begawan pendidikan yang konsekuen pada pendiriannya. Di usia yang tak lagi muda dia masih sangat aktif menulis dan berceramah tentang pendidikan. Bahkan saat stroke menyerang pada lima tahun lalu, Prof. Winarno masih tetap keliling untuk mengisi undangan baik dari dalam negeri maupun di manca negara.
Pria kelahiran Ujungpandang, 25 Agustus 1930 lalu itu baru berhenti keliling untuk ceramah tentang pendidikan saat tak lagi bisa berjalan sendiri. Saat tak bisa berjalan sendiri pun dia tetap tak menyerah. Dari pembaringan Prof Winarno tetap menulis buku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kapan Sekolah Kami Lebih dari Kandang Ayam..
Apa artinya bertugas mulia ketika kami hanya terpinggirkan tanpa ditanya tanpa disapa
Kapan sekolah kami lebih dari kandang ayam?
Sejuta batu nisan guru tua yang terlupakan oleh sejarah terbaca torehan darah kering
Di sini terbaring seorang guru, semampu membaca bungkus sambil belajar menahan lapar, hidup sebulan dari gaji sehari,"
Begitu salah satu bait puisi karya Prof Winarno yang dikutip detikcom.
Hari ini sang Begawan Pendidikan itu telah berpulang. Siang tadi jenazah Prof Winarno sudah dimakamkan dipimpin oleh tokoh pendidikan nasional Arief Rachman.
Keponakan Prof Winarno, Meutya Viada Hafid mewakili keluarga mohon doa agar semua pengabdian mantan Rektor IKIP Jakarta itu di bidang pendidikan bisa menjadi amal baik di sisi Tuhan.
"Saya mewakili keluarga mohon doa agar semua ucapan beliau (Prof Winarno) dalam kapasitas sebagai pendidik menjadi bekal amalan beliau. Amin," kata Meutya kepada wartawan, Jumat (1/7/2016).
(erd/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini