Tampil sebagai pembicara di hari kedua ini adalah para ahli IT dari Inggris, Amerika dan New Zealand, serta anggota parlemen dari negara-negara yang sudah menerapkan e-parlemen seperti Chili, Serbia dan Austria.
Tantowi Yahya, Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) yang mewakili DPR RI dalam forum tersebut, melaporkan bahwa Indonesia harus mengejar banyak ketinggalan dari negara-negara lain, bahkan dari negara-negara kecil di Afrika dan Pasifik dalam konteks penggunaan IT untuk membangun demokrasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Media sosial seperti twitter, Facebook dan snapchat masif digunakan untuk membina dan menjaga hubungan anggota parlemen dengan konstituen. Di berapa negara, bahkan Pemilu pun sudah dilaksanakan secara elektronik.
Tantowi lalu menjabarkan penerapan e-parlemen di Indonesia. Berbeda dengan negara lain yang menggunakan media sosial, Tantowi menuturkan parlemen di Indonesia lebih banyak menggunakan aplikasi chatting.
"Peserta terkesima ketika saya menjelaskan lebih lanjut bahwa di lingkungan anggota parlemen di Indonesia banyak terdapat group Whatsapp. Di group Whatsapp ini tidak jarang banyak keputusan penting dan strategis yang diambil," ujar Tantowi dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (30/6/2016).
"Di negara-negara lain ternyata yang masih populer adalah Facebook, twitter dan email. Twitter anggota-anggota parlemen Mexico misalnya rata-rata followernya hampir 100 ribu," imbuh politikus Golkar ini.
Tantowi menjelaskan bahwa DPR RI sudah merintis jalan menuju e-Parlemen sesungguhnya. Twitter @DPR_RI disebut Tantowi cukup diminati masyarakat sebagai forum untuk menyampaikan pendapat. Website DPR terus diperbaiki dan TV Parlemen terus menyiarkan baik langsung maupun tunda sidang-sidang di Komisi dan Alat Kelengkapan Dewan lainnya.
"Sehingga keterbukaan informasi DPR RI ke masyarakat selama ini dinilai cukup baik," ujar Tantowi. (tor/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini