Alpujarras, Benteng Terakhir Muslim Spanyol

Alpujarras, Benteng Terakhir Muslim Spanyol

Hanidah Zaki - detikNews
Jumat, 24 Jun 2016 15:15 WIB
Foto: Tim Jazirah Islam/ Trans7
Alpujarras - Kisah Islam di tanah Spanyol adalah masa kemegahan ratusan tahun silam. Pada masa itu, Islam tumbuh bersama nilai-nilai budaya dan peradaban dunia.

Filsuf dan ilmuwan silih berganti, bermunculan mewarnai kehidupan di tanah Spanyol. Islam tak hanya menjadi sebuah agama, tapi telah menjelma menjadi acuan kehidupan dan juga ilmu pengetahuan.
Tim Jazirah Islam Trans7

Namun pada tahun 1942, agama Rahmmatan Lil Alamin harus runtuh. Dan dari titik inilah, Islam menjadi minoritas di bumi Andalusia.

Inilah Alpujarras, benteng muslim terakhir di tanah Andalusia. Desa-desa kecil nan elok ini pernah menorehkan sejarah besar pada masa kejayaan bangsa muslim di abad ke-15, sebagai pusat industri ulat sutra.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski telah hilang selama ratusan tahun, pesona kemegahan Islam dan muslim seakan tak pernah musnah dari bumi Alpujarras. Yassin, seorang pemuda muslim Spanyol, menunjukkan peradaban besar yang dibangun oleh Islam disini.

Pampaneira adalah salah satu desa yang terletak di wilayah Alpujarras, tepatnya di lembah Poqueira yaitu sisi selatan pegunungan Sierra Nevada. Desa kecil ini memiliki populasi sekitar 300 jiwa dengan mayoritas penduduk beragama Kristen.
Muslim di Alpujaras/ Tim Jazirah Islam Trans7

Dikenal sebagai desa putih wilayah ini dibangun oleh suku Moors dari Afrika yang beragama Islam, pada abad ke 8 masehi. Di wilayah Alpujarras, komunitas muslim tak hanya membangun area pemukiman, tetapi juga membangun sebuah sistem kehidupan yang lengkap dengan cara kerja yang luar biasa. Seperti sistem bercocok tanam, pengairan, teknik pertahanan dan perlindungan dari musuh.

Arsitektur setiap bangunan di Pampaneira hingga saat ini masih merupakan bentuk aslinya, termasuk masjid yang kini menjadi gereja di area Plaza De La Iglesia. Sayangnya, kini yang tersisa hanyalah minaret dan sedikit bekas pintu masuk yang menjadi ciri khas bangunan masjid dari zaman Moors.

Lavadero atau rumah cuci adalah salah satu bukti nyata bagaimana muslim di Alpujarras telah memikirkan setiap detail hal penunjang kegiatan sehari-hari, bahkan untuk urusan pekerjaan kaum wanita.
Tim Jazirah Islam Trans7

Muslim lainnya yang tinggal di desa Orgiva adalah Abu Bakar. Ia telah menjadi muslim lebih dari 15 tahun. Hampir 10 tahun ia tinggal di Alpujarras bersama keluarganya untuk hidup damai dan lebih dekat dengan alam.

Orgiva adalah pusat kegiatan dari 50 desa yang ada di wilayah Alpujarras. Kota yang berjarak 49 kilometer dari Granada ini menggambarkan perpaduan warna-warni komunitas lokal hippies dan juga muslim.
Yasin dan Abu Bakar/ Tim Jazirah Islam Trans7

Selain Abu Bakar, ada juga Hamidah, wanita asli dari Orgiva. Ia memutuskan menjadi seorang muslim lebih dari 15 tahun yang lalu. sebelum itu, ia adalah seorang pengacara aktif di kota ini. setelah menikah dan menjadi muslimah, ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Sebuah pekerjaan yang menurutnya paling mulia di dunia.

Hamidah juga menjalin hubungan baik dengan non-muslim di Orgiva. Salah satunya adalah Ana yang ditemui Hamidah di tempat kerajinan tradisional Alpujarras. Ana telah hampir dua puluh lima tahun mengerjakan pembuatan Jarapa atau karpet tradsional Alpujarras. Tak hanya di tempat Ana, hampir setiap rumah di desa ini setidaknya memiliki satu alat tenun untuk mengerjakan kerajinan Jarapa.

Dalam sejarah kejayaan Islam di tanah Andalusia, alat tenun merupakan salah satu alat industri terpenting pada masa itu. Tak hanya dipakai untuk memproduksi karpet Jarapa, tetapi pada masa itu lebih diutamakan untuk proses tenun tekstil dan sutra.
Ana dan Kerajinan Tenun/ Tim Jazirah Islam Trans7

Meskipun Ana seorang non-muslim, namun ia sangat bangga akan kerajinan karpet Jarapa. Baginya, warisan bangsa Moors ini telah menjadi penyokong hidupnya. Ia bisa menjajakan kerajinan ini kepada wisatawan yang datang ke Alpujarras.

Belum sah bertandang ke Orgiva jika tidak singgah ke café Baraka, sebuah rumah makan halal sekaligus lokasi pertemuan paling terkenal di wilayah Alpujarras. Selain menyediakan makanan halal, café sederhana ini juga menyajikan menu vegetarian. Tak heran, selain di kunjungi warga lokal dan juga komunitas muslim, Baraka juga kerap dikunjungi komunitas hippies dari seluruh dunia.
Cafe Baraka/ Tim Jazirah Islam Trans7

Pemilik café ini adalah Qasim Bario Rapossa yang juga seorang mualaf. Bagi Qasim, Islam memang begitu terang dan jelas. Setiap perintah dikeluarkan tanpa ada keraguan, termasuk perintah untuk saling mengasihi dengan sesama manusia, tanpa memandang perbedaan agama. Café Baraka milik Qasim adalah gambaran ramahnya muslim terhadap komunitas lain.

Di Alpujarras juga terdapat komunitas muslim yang akan melakukan acara makan bersama. Komunitas tersebut menggunakan Dergah, sebuah bangunan tempat mereka berkumpul. Pada acara sholat Jumat, dzikir, berbuka puasa, perkawinan serta perayaan idul fitri, dergah adalah satu-satunya tempat yang bisa digunakan oleh muslim disini.

Islam masih menjadi minoritas di Spanyol, namun kisah muslim di Alpujarras benar-benar berbeda. Hidup jauh dari hiruk pikuk kota, serta modernisasi tak menjadikan mereka kekurangan.



Kisah selengkapnya saksikan di Jazirah Islam, tayang setiap hari pukul 04.45 WIB di Trans7. (ega/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads