"Survei ini adalah survei lokal secara scientific dengan mendasarkan pada penarikan sampel sesuai kaidah probability sampling di Kota Jakarta, Provinsi DKI Jakarta. Hal ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat DKI mengenai pengaruh pencalonan jalur parpol dan jalur independen untuk Pilgub DKI 2017 mendatang," kata Peneliti Populi Center Nona Evita dalam pesan elektronik kepada detikcom, Jumat (26/6/2016).
Wawancara tatap muka di 6 wilayah DKI Jakarta dilakukan mulai dari tanggal 10 Juni hingga 15 Juni 2016. Besaran sampel adalah 400 responden, dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling). Margin error sekitar 4,9%pada tingkat kepercayaan 95%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika Ahok mencalonkan kembali menjadi Gubernur DKI, sebaiknya secara independen atau melalui jalur partai?
Independen: 33,2%
Parpol: 9%
Sama saja: 42%
Tidak menjawab: 15,8%
Apakah sudah berpartisipasi dalam memberikan dukungan kepada calon independen?
Sudah, melalui Teman Ahok: 13,5%
Sudah, melalui relawan Haji Lulung: 0,5%
Belum berpartisipasi: 69,8%
Tidak menjawab: 16%
Jika Ahok ganti maju lewat jalur parpol bagaimana sikapnya?
Tetap mendukung: 38,5%
Masih mungkin mendukung: 17,2%
Tidak akan mendukung: 15%
Mendukung calon lain: 5,8%
Tidak menjawab: 23,5%
Jika Ahok maju lewat parpol, partai apa yang paling layak mengusung?
PDIP: 25,2%
Gerindra: 9,2%
NasDem: 8,8%
Golkar: 5,5%
PD: 3,2%
PPP: 3,2%
PKS: 1,2%
PKB: 0,2%
Tidak setuju parpol: 5%
Perindo: 1%
Tidak menjawab: 36,8%
"PDIP menjadi kendaraan partai politik yang dianggap responden paling layak bagi BTP apabila ingin mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 melalui jalur partai politik dengan persentase 25,2 persen. Selebihnya responden memilih Partai Gerindra, Nasdem, Golkar, dan Demokrat," simpul Nona Evita.
(van/nrl)











































