Seperti diketahui, Komjen Tito pernah menjabat sebagai Kadensus 88. Pertanyaan soal Densus 88 datang dari anggota F-Gerindra M Syafii yang merupakan Ketua Pansus Revisi UU Terorisme.
"Ketika kami undang Densus 88 di pansus terorisme, di sana ada peta sebaran teroris. Peta itu pakai tulisan La ilaha illallah. Jadi membantai teroris identik dengan membantai la ilaha illallah," ujar Syafii di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (22/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padahal diakui penyebaran Janto gagal. Lalu kami kaitkan karena Aceh mayoritas Islam," ucapnya.
"Benarkah menurut pemahaman densus 88 bahwa teroris identik dengan Islam?" sambung Syafii.
Dia mengatakan bahwa ada kekhawatiran bahwa Islam jadi diidentikkan dengan terorisme. Syafii menganggapnya berbahaya.
"Kami khawatir Islam jad indentik dengan teroris. Kalau ini jadi tagline di kepolisian, maka keberadaan Densus 88 jd membahayakan bagi indonesia yang mayoritas Islam," ujar Syafii.
Dia juga menyinggung ucapan Tito di salah satu seminar. Syafii meminta klarifikasi.
"Bapak memaparkan di seminar HAM bahwa polisi boleh melakukan kekerasan. Ini kesempatan bapak untuk klarifikasi," Ungkapnya.
Saat ini, anggota Komisi III masih mengajukan berbagai pertanyaan. Tito diberi waktu menjawab setelah sesi pertanyaan selesai. (imk/dra)