Dari keterangan Kasat Reskrim Polres Temanggung AKP Suharto, saat dihubungi detikcom, Selasa (21/6/2016) malam, Jenazah Parimah disimpan dalam sebuah kamar di rumah Supriyanto.
Beberapa foto yang diterima, menunjukkan jenazah Parimah disimpan dalam sebuah ruangan yang berada di belakang rumah Supriyanto. Tumpukan karung dan kardus berada di samping pintu dengan cat berwarna hijau itu, siapa sangka jenazah Parimah yang sudah membusuk itu disimpan dan dibaringkan di atas sebuah dipan (tempat tidur kayu dalam bahasa Jawa-red).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar cairan dari jenazah tidak tersebar, Supriyanto pun membungkus jasad ibunya yang masih cukup utuh itu dengan plastik. Karena tak ingin diketahui oleh warga, jenazah ibunya pun diberi minyak wangi untuk menyamarkan aroma dari jenazah ibunya yang sudah meninggal.
"Kondisi jasadnya sendiri sudah busuk kurang lebih sudah 70 hari. Makanya dia (Supriyanto) membalurinya pakai minyak wewangian," sambung Suharto.
![]() |
Di dalam rumah Supriyanto sendiri terdapat tulisan di selembar kain dengan kata dalam kalimat Jawa yang tak biasa digunakan dalam bahasa sehari-hari.
"SUPRI NGRANCANG KENCONO PEMIMPIN PAGUYUBAN NGURI URI GESANGE TIYANG JAWI MEDARAKEN SABDO AKSORO BASA JAWI NGELAJENGAKEN HGGATOSAKEN SEDALU NATAS NGELIPUR PARIPURNO BILIH MBOTEN MANGGIH ALANGAN KADOS PUNDI KIMAWON NUWUN," tulis dalam kalimat Jawa Inggil.
Sebagaimana diketahui, Ibu Supriyanto, Parimah, meninggal pada 14 April 2016. Makamnya dibongkar oleh Supriyanto pada 24 Mei 2016 setelah mengaku mendapat wangsit melalui mimpi. Ia melakukannya dengan bantuan 9 orang lainnya.
![]() |
Polisi pun masih mendalami kasus ini, Supriyanto dan ke sembilan temannya juga masih diamankan oleh Mapolsek Kedu untuk dimintai keterangan terkait makam yang dibongkar dan motif menyimpan jenazah. Sementara jenazah Parimah sudah diserahkan kepada kepala desa setempat untuk dikuburkan kembali.
(adf/Hbb)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini