Hidayah di Tanah Viking Norwegia

Hidayah di Tanah Viking Norwegia

Kiki Larasati - detikNews
Senin, 20 Jun 2016 15:19 WIB
Hidayah di Tanah Viking Norwegia
Suasana di Oslo/Foto: Tim Jazirah Islam/ Trans7
Oslo, - Norwegia, salah satu negara di Skandinavia yang paling bahagia di dunia. Warga negeri Viking ini hidup sejahtera dan makmur di tengah dinamika kehidupan multikultur.

Oslo, ibukota Norwegia, menjadi kota paling ramai. Tidak hanya dari jumlah penduduk, tapi juga ragam etnis yang tinggal di dalamnya. Norwegia memang membuka lebar pintu bagi imigran, tidak terkecuali para pendatang muslim. Inilah yang membuat nama Islam santer terdengar di negeri salmon ini. Bahkan perkembangan Islam terhitung cukup pesat.

Pada akhir tahun 90-an, hanya ada 500 mualaf disini. Sementara di penghujung 2015, tercatat ada 3000 mualaf asli Norwegia. Islam dinilai telah menawarkan gaya hidup yang berbeda dan mampu memberi pegangan hidup diantara derasnya arus kehidupan Eropa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu kisah yang menarik untuk didengar adalah kehidupan muslim di kota Hammar. Kota ini jaraknya 130 kilometer di utara Oslo. Sebuah kota kecil berpenduduk 26 ribu orang dengan hanya 2 muslim asli Norwegia yang tinggal disini.

Satu diantaranya adalah Morten Ibrahim Rosvold Abrahamsen, atau kini akrab disapa Ibrahim. Ia menyimpan cerita tragis sebelum menemukan Islam.
Ibrahim/ Tim Jazirah Islam Trans7

Pada 22 Juli 2011 Kota Oslo gempar dengan sebuah bom yang meledak di komplek perkantoran. Bom ini hendak menyasar kantor perdana menteri Norwegia. Akibat peristiwa ini, 7 orang meninggal dan 30 korban luka parah. Tidak berhenti disitu, di hari yang sama sang teroris Andres Breivik melanjutkan aksinya di Pulau Utoya, 40 kilometer dari Oslo.

Ia melakukan penembakan membabi buta di pulau kecil itu, dimana ratusan remaja sedang mengadakan kemah musim panas. Ibrahim ada diantara mereka. Allhamdulilah Allah masih memberi kesempatan hidup kedua pada Ibrahim. 70 nyawa melayang hari itu.
Memorial Place di Utoya/ Tim Jazirah Islam Trans7

Lolos dari pembunuhan massal tersebut membuat Ibrahim mengalami tekanan mental. Ia terus bertanya, kenapa masih bisa menghirup nafas sementara teman-temannya terenggut nyawanya. Hingga akhirnya, tangan Allah menyelamatkan dan mengantarnya pada Islam.

Sebulan setelah tragedi, ia mantap mengucap dua kalimat syahadat. Islam mengubahnya menjadi manusia baru, dan merubah cara pandangnya akan kehidupan. Ia pun memilih Ibrahim sebagai nama muslimnya.

"Aku merasa bersih, senang. Hari ini aku merasa sangat senang, Allhamdulilah. Bersyukur masih bisa hidup. Aku punya iman, dan aku selalu berkata Allhamdulillah," jelas Ibrahim.
Tim Jazirah Islam Trans7

Di masa lalu, Ibrahim tidak beragama dan tidak bahagia. Pemuda 24 tahun ini selalu merasa ada yang hilang dalam hidupnya. Ia juga sering menjadi bahan olokan teman di sekolah. Sehingga membuatnya semakin putus asa.

Kini Ibrahim ringan melangkah menjalani hari-harinya. Ia siap menyongsong masa depan penuh berkah, di jalan Allah. Bagaimana Ibrahim mengenal Islam tidak lepas dari peran Fahad, seorang muslim kelahiran Norwegia yang aktif berdakwah di Islam Net, sebuah organisasi muslim di Oslo.
Fahad Bergamis Biru/ Tim Jazirah Islam Trans7

Ketika dilanda putus asa yang begitu hebat, secara tak sengaja Ibrahim melihat para muslim dari Islam Net sedang berdakwah di jalanan kota Oslo.

"Aku bertemu Fahad di Oslo, memberikan informasi tentang Islam. Tiba-tiba badanku terhenti dan berbalik kebelakang. Wallahu alam," tutur Ibrahim.

Secara gamblang, Fahad menjawab pertanyaan yang selama ini berkecamuk di kepala Ibrahim, dan tanpa keraguan saat itu pula Ibrahim mengucap dua kalimat syahadat.

Selain Ibrahim, ada juga Sonia Kumar Valla. Perempuan 18 tahun berdarah Norwegia-India in selalu merasa hatinya tertambat pada Islam. Ia mengenal Islam ketika berusia 14 tahun dan mantap menjadi muslim sejak saat itu.

"Dulu waktu di sekolah kami punya sebuah grup berisikan 4 orang, termasuk Chyntia, salah seorang muslim. Lainnya ada yang non muslim dari Ethiopia dan tertarik pada Islam dan bertanya mengenai Tuhan dan Nabi. Aku mendengarkannya dan merasa tertarik," jelas Sonia.
Tim Jazirah Islam Trans7

Melalui Chyntia sahabatnya yang berdarah Indonesia inilah, secara tidak langsung Sonia mengenal Islam. Usianya masih sangat belia kala itu. Seluruh keluarga juga tidak ada satupun yang memeluk Islam. Tak pelak, penolakan sempat datang dari ibunya. Ayah Sonia sendiri sudah meninggal beberapa tahun silam.

Luar biasa bagaimana Allah bisa mengubah hidup seseorang dalam sekejap. Islam telah menuntun muslim Norwegia menuju kebahagiaan yang nyata, di negeri paling bahagia di dunia.






Kisah selengkapnya saksikan di Jazirah Islam, tayang setiap hari pukul 04.45 WIB di Trans7. (ega/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads