Komjen Tito dan Penindakan Terorisme

Komjen Tito dan Penindakan Terorisme

Bisma Alief, - detikNews
Sabtu, 18 Jun 2016 19:46 WIB
Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta - Tito Karnavian, perwira bintang tiga kepolisian yang lahir di Palembang 26 Oktober 1964 ini dipilih Jokowi menjadi calon tunggal Kapolri. Akpol '87 penerima bintang Adhi Makayasa atau lulusan terbaik ini akan menjalani fit and proper test di DPR sebelum dilantik menjadi Kapolri.

Selama berkarier di kepolisian, nama Tito dikenal sebagai polisi andal dalam memburu teroris. Mulai dari dr Azahari hingga Noordin M Top, Tito terlibat dalam operasi pengejaran dan penangkapannya.

Pada 2005, Tito yang menjabat sebagai Kepala Kepolisian Resort Serang mendapat tugas melacak gembong teroris Doktor Azahari. Di saat yang sama tepatnya 7 November 2005 Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri ketika itu Komjen Makbul Padmanagara meminta Tito terbang ke Poso, Sulawesi Tengah, untuk melacak pelaku pembunuhan mutilasi tiga orang siswa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tahun yang sama doktor lulusan Nanyang Technological University Singapura itu juga terlibat dalam menumpas gembong teroris Doktor Azahari di Malang, Jawa Timur. Atas prestasinya itu Tito diganjar dengan kenaikan pangkat dari Ajun Komisaris Besar Polisi jadi Komisaris Besar Polisi.

Tahun 2009, Tito kembali tergabung dalam tim penumpasan jaringan terorisme pimpinan Noordin M Top. Sejak kasus Bom Bali I sampai sekarang menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Tito menghabiskan waktunya di Detasemen Khusus 88 Antiteror.

Dan saat Tito menjabat Kapolda Metro, Januari 2016 lalu, terjadi serangan bom di Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat. Berkat kesigapan Tito dan jajarannya, teroris yang belakangan diketahui sebagai jaringan ISIS itu bisa dilumpuhkan dalam waktu 21 menit.

Memburu para pelaku teror bukan berarti Tito antiislam. Tito melakukan penangkapan dan pengejaran kepada pelaku terorisme untuk penegakkan hukum dan memberantas kejahatan.

Kolega Tito, teman satu angkatan di Akpol, Brigjen Arief Sulistyanto saat dimintai tanggapan, Sabtu (18/6/2016) tak meragukan sosok sobatnya itu. Arief menyampaikan, Tito sudah dua kali naik haji dan umrah lima kali. Tito, anak dan istrinya, pemeluk Islam yang taat.

"Tugas polisi untuk menegakkan hukum dan memberantas kejahatan. Karena kita semua yakin bahwa sangat salah bila para pelaku teror boleh membunuh orang atas nama perjuangan Islam. Karena Islam tidak membenarkan membunuh orang tidak bersalah," tegas Arief yang dikenal sukses dengan salam zero antikorupsi saat memimpin Polda Kalbar ini.

Kini Tito akan mengemban tugas baru sebagai Kapolri. Harapan besar disandarkan pada dia, seperti yang diinginkan Jokowi, melakukan reformasi di kepolisian.

Selamat bertugas Pak Tito. (dra/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads