Pelabuhan Tanjung Kalian tak terlalu ramai, karena saat ini banyak warga yang lebih memilih moda transportasi udara ketimbang laut. Namun aktivitas pelabuhan masih aktif. Pelabuhan ini memiliki mercusuar legendaris yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1862.
Menurut pengelola setempat, Yuswandi, mercusuar setinggi 65 meter ini masih asli dan tidak pernah dipugar, hanya beberapa kali dicat ulang. Kondisinya masih kokoh dan masih digunakan sebagai menara pengamatan oleh para nahkoda yang hendak berlayar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari atas mercusuar ini, para nahkoda dapat memantau lautan hingga jarak 40 mil. Di puncak mercusuar terdapat lampu navigasi yang dinyalakan selama 24 jam.
![]() |
Selain untuk mendukung navigasi laut, mercusuar ini juga dibuka sebagai obyek wisata. Pengunjung dapat naik ke atas dengan membayar biaya administrasi Rp 5.000 saja. Sebelum naik, semua alas kaki harus ditanggalkan.
Mercusuar ini terdiri dari 16 lantai dengan ratusan anak tangga beton, dan 2 lantai terakhir berupa tangga kayu. Setiap lantai terdapat lubang sirkulasi udara berdiameter sekitar 30 cm. Tanpa lubang tersebut, menaiki tangga mercusuar adalah cobaan berat. Sebab pengunjung harus berebut oksigen dengan pengunjung lain yang mayoritas nafasnya ngos-ngosan.
![]() |
Namun begitu mencapai puncak mercusuar, rasa lelah terbayarkan sudah. Pemandangan indah Pantai Tanjung Kalian serta aktifitas pelabuhan dapat terlihat dengan jelas. Bahkan Kota Muntok juga dapat terlihat dari puncak mercusuar kuno ini. Puncak mercusuar berupa balkon selebar 0,5 meter yang mengelilingi bangunan utama. Di sekelilingnya terdapat pagar setinggi 50 cm.
![]() |
Secara umum kebersihan mercusuar ini cukup terjaga. Pengelola mengepel setiap lantai menggunakan karbol sehingga tidak pengap. Namun ada saja ulah tangan-tangan jahil yang meninggalkan coretan di dinding mercusuar. Aksi vandalisme yang tidak terpuji dan merusak keindahan mercusuar. (khf/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini