Tambang emas di Papua dikelola oleh PT Freeport Indonesia hampir 5 tahun lamanya. Sejak tahun 1995, Freeport ternyata sudah melakukan reklamasi dari bekas tambang mereka yang sudah tidak aktif.
Memasuki kompleks Freeport di Kabupaten Mimika, terdapat pusat Penelitian Reklamasi dan Biodiversity (Keanekaragaman Hayati). Kompleks penelitian dibuat dari pengendapan tailing (bahan tertinggal setelah pemisahan fraksi bernilai bijih besi atau limbah murni yang tertinggal di air).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kawasan ini bagian dari pengedapan tailing yang diizinkan pemerintah. Terakhir mengendap tahun 1995 dan langsung dikelola. Ada 100 hektar yang dikelola, tapi area keseluruhan pengendapan 23 ribu hektar," ungkap General Superintendent Low Land Reclamation and Biodiversity Freeport, Roberth Sarwom saat berbincang di lokasi.
![]() |
Dari aturan yang ada, PT Freeport seharusnya baru bisa melakukan reklamasi setelah penambangan selesai. Namun Freeport sudah melakukan jauh hari agar keragaman hayati yang rusak akibat penambangan bisa segera dikembalikan.
"Kalau dibiarkan begitu saja terlalu besar. Maka dibuatlah area tidak aktif, tidak diendapkan lagi. Ini pure pasir tailing, ketebalan di dalam 7 meter. Kita kelola, kuncinya bahan organik. Kalau kondisi seperti ini baru bisa ditanami," ujar Roberth.
Reklamasi seharusnya dicampur dengan lapisan tanah pucuk. Namun karena tanah pucuk sulit didapat di kawasan Freeport, maka reklamasi ditambah oleh kompos agar bisa ditanami.
"Ada dua model, satu kita tanam, dan suksesi alami, dia akan tumbuh dengan sendirinya. Kalau barisan lurus-lurus itu yang ditanam. Hasilnya kami punya laboratorium penelitian," ucapnya.
![]() |
Ada banyak pepohonan yang tumbuh maupun ditanam di kawasan reklamasi ini. Namun karena pemerintah mewajibkan hasil reklamasi memiliki daya guna jangka panjang, maka Freeport banyak menanam pohon penghasil kayu.
Meski begitu, ada berbagai tanaman pertanian yang dijadikan obyek penelitian. Seperti padi, sagu, dan pohon buah-buahan seperti buah Naga, buah Merah dan berbagai tanaman endemik setempat. Setiap bulan Freeport mengirim hasil penelitiannya ke BPOM untuk dicek standar mutunya.
"Sampai saat ini masih di bawah batas aman. Selain pertanian, ada juga peternakan sapi dan perikanan. Tailing butuh proses panjang lagi untuk jadi tanah. Maka caranya kita pakai kompos. Kompos fregmentasi dari eceng gondok, dan kotoran sapi. Dibuat selama 3 bulan. Diolah di sini," tutur Roberth.
![]() |
Selain pertanian, terdapat juga penangkaran kupu-kupu dan tempat konservasi burung-burung serta hewan langka lainnya di lokasi penelitian Freeport ini. Sebab di daerah Timikia, kata Roberth, banyak terjadi penyelendupan hewan-hewan yang dilindungi. Freeport menyediakan lokasi rehabilitasi bagi hewan selundupan yang berhasil diselamatkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam daerah sebelum akhirnya dilepaskan ke habitanya.
"Seperti Burung Cendrawasih, Nuri, Kakaktua Paruh Bengkok, Labi-labi (kura-kura) Moncong Babi, ini daerah endemik termasuk Timika. Paling banyak penyelundupan lewat Timika. Teman-teman konservasi banyak yang nangkap tapi tidak punya tempat untuk menampung," ujar dia.
Untuk aspek biodiversity, penelitian Freeport bertugas untuk melakukan pemantauan. Yakni keanekaragaman hayati yang hilang akibat adanya tambang untuk dikembalikan keadannya seperti semula. Termasuk rehabilitasi terhadap hewan yang dilindungi bekerja sama dengan stakeholder terkait.
Dalam pengoperasian lokasi penelitian ini, Freeport merangkul masyarakat dari suku-suku yang tinggal di sekitar tambang. Khususnya dua suku besar yaitu Kamoro dan Amungme serta 5 suku kerabat Dani, Nduga, Damal, Moni, dan Mee/Ekari.
"Seperti contohnya perikanan, kita produksi benih banyak-banya, kita kasih ke masyarakat. Kita ajarkan budidaya, buat kolam, keramba. Kita buat koperasi-koperasi, nanti hasilnya dijual lagi ke Freeport. Jadi kita bantu mereka tidak memberi uang langsung. Jadi kita rangkul, lewat mereka buat badan usaha," beber Roberth.
Tak hanya soal budidaya ikan, seluruh project penelitian melibatkan warga dari dua suku utama dan lima suku kerabat tersebut. Di laboratorium itu ada 48 kontraktor dari tujuh suku. Satu kontraktor berisi 10-15 orang.
"Penelitian in percontohan untuk dilakukan dan untuk mempersiapkan kalau tambang sudah selesai, kalau diizinkan 2041 itu. Untuk jangka panjang, akan tersedia berbagai rekomendasi," kata dia.
"Kita akan kembalikan lahan ini setelah selesai ke pemerintah. Tapi supaya tidak hanya dikembalikan begitu saja, tapi kita berikan rekomendasi-rekomendasi dari hasil penelitian kami," imbuh Roberth.
![]() |
Proyek reklamasi dan biodiversity ini menurutnya diketahui pemerintah. Sebab Freeport selalu memberikan hasil kajian setiap tiga bulan kepada pemerintah. Saat ini kawasan reklamasi sedikit demi sudah kembali menjadi hutan seperti sebelum dilakukannya penambangan.
Project ini nantinya juga akan dilakukan di seluruh lokasi tambang Freeport di Papua. Tak hanya kegiatan menanam atau membudidayakan, di lokasi ini Freeport juga mengizinkan sekolah-sekolah atau lembaga untuk berkemah.
Lewat bumi perkemahan itu, para siswa dapat belajar soal lingkungan hidup melalui project penelitian yang dilakukan Freeport. Bahkan dua minggu terakhir, Puteri Indonesia Jawa Barat 2016 Evan Lysandra membantu untuk sosialisasi lingkungan hidup kepada para peserta kemah.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan bukan hanya dari segi ekonomi semata oleh PT Freeport Indonesia. Selain memberikan beasiswa, Freeport juga membangun Balai Pelatihan Kerja yang siswanya mayoritas diperuntukkan bagi warga Papua.
Balai Pelatihan Kerja yang diberi nama Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) yang berada di Kuala Kencana. Kuala Kencana ini masih berada di kompleks Freeport namun bukan di areal pertambangan. IPN sendiri dibangun sebagai bentuk pembedayaan masyarakat lokal di wilayah kontrak karya Freeport demi membangun kuaitas sumber daya manusia suku lokal.
"Ada 20 jurusan, yang efektif digunakan Freeport 3 jurusan. Durasi pendidikan 1 tahun. 3 bulan di kelas, 7 bulan di lapangan. Tadinya 3 tahun belajarnya tapi tidak efektif," ungkap Crew Leader Technical Trade IPN Michael Kubuan di IPN.
Sejak didirikan pada tahun 2003, sudah ada 3.800 lulusan IPN. Sebanyak 2.800 terserap menjadi pegawai di Freeport, sisanya ada yang memilih bekerja di pertambangan lain, tapi juga ada yang bekerja dengan pemerintah.
Untuk penerimaan siswa, 90 persen harus dari tujuh suku bidaan Freeport. Sebanyak 45 persen dari dua suku utama dan lima suku kerabat. Kemudian 45 persen untuk warga Papua di luar tujuh suku tersebut. Usia siswanya pun bervariatif berkisar antara 18-30 tahun.
"45 persen dari warga Papua lain seperti misalnya dari Sorong, Biak, Jayapura. 10 persen non Papua tapi apakah dia harus lahir sini, atau sekolah di sini. Kebanyakan suku perantau, atau yang orangtuanya jadi guru datang ke sini sebagai PNS," terang Michael.
Selain mendapat pendidikan gratis, siswa di IPN juga mendapat uang saku serta insentif lainnya. Seperti tunjangan kerja, THR, kesehatan, bahkan mess untuk tempat tinggal. Mereka yang sudah magang di lapangan, akan mendapat insentif lebih layaknya pegawai dengan disesuaikan oleh level pekerjaan.
Meski proses perekrutan mudah bagi warga tujuh suku, ternyata ada sejumlah kendala yang harus dihadap Freeport. Sebab ada beberapa siswa yang jika kembali ke tempat asalnya, mereka tidak kembali lagi. Untuk itu pembinaan perlu dilakukan tanpa henti dengan memanfaatkan tokoh-tokoh lokal.
"Ada karena masalah keluarga, ada juga karena konflik suku, kadang tinggal di pegunungan, tiketnya mahal. Insentif kalau level 1 sekitar Rp 3 jutaan. Level 3 bisa sampai Rp 5-6 jutaan," kata Superintendent Trainingship and Support IPN Susan Kambuaya di lokasi yang sama.
Di IPN terdapat simulator-simulator bagi siswa untuk mengoperasikan alat-alat pertambangan. Bahkan terdapat underground's training simulator area yang rencananya akan dibuat seperti lokasi tambang yang ada di Tembagapura, yakni di bawah tanah.
Kendala lain yang dihadapi adalah, kesulitan IPN mengambil siswa dari suku-suku binaan. Sebab daya kemampuan mereka yang kurang. Namun IPN masih bisa menerima siswa yang hanya lulusan SD untuk tujuh suku binaan. IPN akan memberikan pendampingan khusus pelajaran dasar seperti membaca dan menulis sebelum akhirnya mengizinkan mereka mengikuti program di balai latihan kerja.
"Dua suku utama tidak sekolah kami juga terima. Untuk Papua di luar 7 suku dan siswa dari luar Papua, minimal SMA. Kami ada konselor di sini. Untuk beberapa suku tertentu kami harus cari, maka kami manfaatkan komunitas gereja di sini," jelas Susan.
IPN sendiri sudah bekerja sama dengan Politeknik Semarang dan rencananya tahun depan status IPN akan ditingkatkan dari balai latihan kerja menjadi setingkat akademi D3. Kurikulum dan pengajar akan didatangkan dari Dinas Pendidikan.
"Ini komitmen untuk perusahaan bagi masyarakat sekitar. Karena kita beroperasi di tanah mereka, maka seharusnya yang menerima benefit juga mereka," tutur Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama yang juga ikut berkunjung ke IPN.
"Challange kita karena warga di sini belum terbiasa dengan industri. maka baru sebentar balik ke keluarga. Tapi sekarang sudah jauh lebih baik," sambungnya.
Salah satu siswa IPN, Yohane Wakare (24) mengaku sangat terbantu dengan adanya pemberdayaan masyarakat dari Freeport. Warga Suku Kamaro itu menyatakan sangat bersyukur bisa mengikuti program di IPN.
"Apa yang kita belajar di sini sangat berarti, jadi seperti di bengkel sini itu untuk ke depan ditempatkan di Freeport. Saya dini karena keinginan sendiri, mendaftar," ujar Yohanes.
Selain berharap bisa menjadi pegawai Freeport, siswa jurusan Mekanik itu ingin mampu memiliki kemampuan yang dapat bersaing dengan tenaga profesional lainnya. Soal protes-protes terhadap Freeport yang kerap datang, dianggap Yohanes terjadi karena kurangnya sosialisasi.
"Ini bantuan positif, kepedulian dari Freeport untuk warga sini. Khususnya 7 Suku. Kalau saya lihat Freport banyak membantu bagi masyarakat, hanya kurang sosialisasi sehingga warga anggap mereka datang untuk rusak lingkungan," tukas dia.
"Saya juga dulu mikirnya gitu. Setelah saya banyak belajar, saya jadi tahu Freeport banyak bantu masyarakat sini khususnya warga Mimika," tambah Yohanes.
(elz/fdn)