Setiap harinya, terutama selama bulan Ramadan, masjid yang terletak di Jl Masjid Jamik ini selalu ramai dikunjungi. Tak hanya penuh saat salat tarawih, banyak jamaah yang datang untuk salat dhuhur dan ashar. Mayoritas mereka masih mengenakan pakaian kerja. Tak sedikit yang melanjutkan waktu istirahat siang dengan tidur-tiduran di depan masjid sebelum kembali bekerja.
Selain karena luas dan terletak di tengah kota, kondisi masjid ini memang cukup nyaman dan bersih. Jendelanya besar-besar dengan atap yang tinggi, sehingga meskipun tidak dipasang AC, para jamaah tidak kepanasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut informasi dari pengelola, pada awal didirikannya, masjid ini berupa bangunan semi permanen berdinding kayu dan lantai semen. Masjid tersebut dibangun oleh warga Kampung Dalam dan Kampung Tengah Tuatunu yang baru masuk ke wilayah Pangkalpinang.
Bangunannya terdiri dari 3 lantai, dengan lantai dasar digunakan sebagai tempat salat dan pengajian, lantai kedua atau tengah digunakan untuk menyimpan kitab kuning, buku-buku agama, tikar dan perlengkapan masjid lainnya. Sedangkan lantai tertinggi difungsikan sebagai menara tempat muazin mengumandangkan azan.
"Kapasitasnya pada waktu itu dapat menampung jamaah sebanyak 600 orang," kata Sekretaris Masjid Jamik, Syahrial Munjir.
Kemudian pada tahun 1950, masjid ini direnovasi dengan uang yang berasal dari iuran masyarakat setempat. Wapres Mohammad Hatta saat itu turut membantu biaya pembangunan masjid dengan sumbangan Rp 1.000. Renovasi masjid ini selesai pada tahun 1954 dan baru diresmikan kembali pada tahun 1961.
Jumlah tiang-tiang masjid ini melambangkan unsur keislaman, seperti tiang depan yang berjumlah 6 melambangkan rukun iman dan tiang utama yang berjumlah 4 yang melambangkan jumlah khulafaur rasyidin. Saat ini Masjid Jamik telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemkot Pangkalpinang.
Penetapan sebagai cagar budaya ini tidak mengurangi aktivitas di Masjid Jamik. Seperti setiap Selasa malam ada kegiatan rutin berupa pengajian yang mengangkat tema fiqh dan akhlak. Sebab tema tersebut paling erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan tata cara beribadah yang dianjurkan.
"Setiap Sabtu kami ada kegiatan barzanji. Ini memang salah satu budaya Melayu," ujar Syahrial.
Selain itu setiap 2 minggu sekali juga diadakan majelis taklim. Masjid Jamik juga mengelola TPA untuk anak-anak. Khusus selama Ramadan,ada tadarus rutin setelah salat tarawih dan tausyiah sebelum waktu berbuka serta kegiatan-kegiatan ibadah lainnya.
Selama Ramadan, setiap sore masjid ini dijaga khusus oleh beberapa petugas kepolisian karena ramainya pengunjung yang lalu lalang. Selain karena adanya pembagian takjil gratis, sepanjang Jalan Masjid Jamik juga dipenuhi para pedagang. Jalan Masjid Jamik menjadi macet.
"Hanya Ramadan saja Pangkalpinang macet seperti ini. Ini momen setahun setahun sekali," ujar salah seorang pengendara mobil yang terjebak macet di Jl Masjid Jamik, Mawan sambil terkekeh.
(khf/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini