Abah Tile memang sengaja diundang setelah salah satu akun instagram memposting fotonya yang dianggap sosok motivator karena diusia senja tetap mau berpeluh keringat berjualan dibanding berdiam diri dan mengain rezeki dengan cara meminta-minta.
Kedekatan Dedi dan Abah Tile sendiri sudah terjalin sejak tahun 1997 lalu saat keduanya sering bertemu di Kantor DPD Golkar Purwakarta. Saat itu Dedi yang berusia 26 tahun masih menjadi kader muda Partai Golkar yang bersiap untuk mengikuti Pileg sebagai calon anggota DPRD Kabupaten Purwakarta, sedangkan Abah Tile yang telah memulai berdagang sejak tahun 1986 ini sering mangkal di tempat yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abah Tile pun mengenang Dedi dari dulu sebagai sosok yang baik, pintar, dan humoris. Tak jarang kedekatan antara keduanya pun semakin dekat tak kala Dedi sering meminta Abah Tile menamaninya untuk mengobrol saat menginap di Kantor DPD Partai Golkar Purwakarta. "Eweh nu robah nepi ayeuna geningan Dedi teh (Tidak ada yang ubah sampai sekarang Dedi itu)," ucap kakek asli Garut itu.
![]() |
Dalam pertemuan penuh canda itu Abah Tile menceritakan berbagai suka dukanya berjualan. Salah satunya dia tak pernah mematok harga untuk siapa pun. Bahkan anak-anak yang hanya uang Rp 1.000 pun tetap dia layani hanya demi mengobati rasa dahaganya.
Setiap harinya dia berjualan dengan modal Rp 100 ribu dan berkeliling menggunakan roda usangnya menelusuri jalan di daerah Kecamatan Purwakarta Kota. Namun seiring menyusutnya tenaga karena usia, Abah Tile pun kini lebih sering mangkal di depan SPBU Usman yang berada di Jalan Veteran.
"Abah mah ti baheula Makena gula aren asli, jeung masak make hawu. Tara make nu aneh-aneh. Biasana balik ka kontrakan mawa duit Rp 150 rebu, mun modalna Rp 100 rebu. (Abah dari dulu pakai gula aren asli dan masak pakai kayu bakar. Tidak pernah pakai yang aneh-aneh. Biasanya pulang ke kontrakan itu bawa uang Rp 150 ribu, kalau modalnya Rp 100 ribu)," tuturnya.
Selama ini Abah Tile tinggal bersama cucunya yang berusia 18 tahun di sebuah rumah kontrakan di Jalan KNPI, Kelurahan Ciseureuh, Kecamatan Purwakarta Kota. Sementara istrinya telah meninggal dunia, dan putri semata wayangnya tinggal di Garut.
Sementar itu Dedi mengaku terkesan dengan perjuangan Abah Tile yang sedari dulu tetap berjualan meski pun usianya sudah tua dan tidak berharap belas kasihan dari orang lain.
Di akhir pertemuannya Dedi sempat menawarkan agar Abah Tile tinggal di rumah susun yang akan disiapkan, namun hal itu ditolak karena nantinya tidak bisa lagi memasak menggunakan kayu bakar. Selain itu di kontrakannya saat ini Abah Tile pun mengaku telah nyaman.
"Nyak geus ari embung mah. Iyeu ku saya dibere duit jeung mayar kontrakan satahuneun. (Ya sudah kalau tidak mau. Ini saya kasih uang untuk bayar kontrakan selama satu tahun)," jelas Dedi.
Selain memberi uang kontrakan, Dedi pun memberikan sejumlah uang untuk modal usaha terutama digunakan sebagai biaya perbaikan roda dagangannya yang usang. Sebelum pulang, Abah Tile pun diberi sejumlah perlengkapan seperti topi, peci, baju koko, sarung, dan sajadah untuk dipergunakannya sehari-hari. (dra/dra)












































