"Mengingatkan dengan kata-kata, jangan dengan mencubit. Apakah nanti anak-anak tidak dendam, sakit hati? Pertama nurut, lama-lama sakit hati juga. Kekerasan adalah hal yang membuat anak sakit dari fisik atau pun hatinya. Cubit di depan umum seolah-seolah dia menjadi terhukum kan menyakitkan sekali," kata Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto ini.
Hal ini disampaikan Kak Seto usai menghadiri acara Ramadan Bincang Anak di Gedung Sarinah, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (14/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada anak yang mengatakan kepada saya bahwa dia tidak akan pernah mau belajar apa yang diajarkan guru itu. Artinya tidak sesuai misi pendidikan," ujar dia.
"Bukan mendukung (yang terjadi di Bantaeng) tapi apa yang disepakati dalam UU Perlindungan Anak mohon betul-betul diterapkan. UU mengatakan siapa pun yang melakukan kekerasan terhadap anak terkena sanksi pidana 3 tahun 6 bulan penjara, siapa pun. Ini adalah amanat UU dan ini berasal dari konvensi hak anak. Merupakan konvensi PBB yang didukung seluruh negara. Mungkin yang sekarang melakukan kemungkinan dulu masa kecilnya penuh kekerasan," urai Kak Seto.
Sistem pendidikan nasional disebutnya jangan pernah ada kekerasan. Oleh karena itu, guru ditekankan untuk mengajarkan etika.
"Kita mendidik etika anak-anak dengan cara yang salah. Kekerasan adalah sesuatu yang tidak beretika. Karena ada salah satu pasal yang menyebut setiap anak wajib dilindungi dari berbagai tindak kekerasan. Baik oleh pengelola sekolah guru dan teman-temannya," jelas Kak Seto.
"Jadi dengan penuh kasih sayang kelembutan sebagaimana diajarkan Ki Hajar Dewantoro sebagai bapak pendidikan Indonesia sangat penting," sambung dia mencontohkan.
Selain dengan kata-kata, guru dalam memperingatkan murid yang membandel yaitu dengan perilaku yang baik. Karena murid akan mencontoh dan hatinya akan tersentuh dengan perilaku tersebut.
"Dilatih, perilaku baik itu perlu dilatih. Yok kita begini dibicarakan setuju nggak? Yuk. Yang penting disentuh hatinya, bukan kekerasan fisiknya. Bahwa semua manusia memiliki perasaan, anak-anak juga. Itu bukan hanya teori, saya mempraktikkan," beber Kak Seto.
Kak Seto mencontohkan saat bertemu dengan anak-anak jalanan yang suka menodong. Tetapi didekati dengan kekuatan cinta, mereka mau.
"Intinya menghadapi anak modalnya hanya itu, dengan kekuatan cinta. Cinta pada kekuatan, bukan kekerasan," pungkas dia. (aan/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini