Warung nasi milik Saeni akhir pekan lalu didatangi Satpol PP karena buka siang hari ketika bulan puasa. Satpol PP menganggap hal itu melanggar Perda Nomor 2 tahun 2010 tentang Penyakit Masyarakat dan Razia, juga Surat Edaran Wali Kota Serang tahun 2016 tentang Imbauan Bersama Menyambut Bulan Suci Ramadan. Isinya rumah makan diperbolehkan buka pukul 16.00 WIB.
Saat Satpol PP mengambil makanan yang dia persiapkan, Saeni pun tidak kuasa menahan tangis. Air matanya mengundang simpati warga di media sosial yang kemudian mengumpulkan donasi. Tak disangka, donasi mencapai lebih dari Rp 200 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wanita asal Tegal ini menutup warungnya hingga Lebaran. Saeni yang sempat sakit lalu memilih mudik.
Berikut kisah jatuh bangun Saeni seperti dirangkum detikcom, Selasa (14/6/2016):
Tak Bisa Baca Sosialisasi Aturan Waktu Berdagang
Foto: Screenshoot twitter Dwika Putra
|
"Ngapain jualan terus, saya bilang ini masih siap-siap. Dia bilang lagi, apa nggak bisa baca ada aturannya. Saya bilang kalau saya nggak bisa baca, saya takut," kata Saeni yang ditemui di warunganya di Serang, Selasa (13/6/2016)
Imbauan soal larangan berdagang sudah ditempel di warungnya, namun Saeni yang hanya sekolah hingga kelas 1 SD ini tidak bisa membacanya. Dia hanya bisa pasrah saat dagangannya dibawa pergi.
"Tempelan dari sebelum puasa sudah ada. Tapi saya nggak bisa baca tulis makanya nggak tahu tulisannya apa. Suami saya juga pergi terus makanya nggak sempat ngasih tahu ada edaran," terang Saeni.
Menangis dan Memohon Saat Lauk Pauk Dibawa
Foto: screenshoot twitter Iman Brotoseno
|
"Tahu-tahu minta plastik buat bungkus lauk-lauk saya. Saya cuma bisa mohon-mohon nggak dibawa lauknya. Akhirnya saya cuma nangis. Yang diambil telor dadar, tempe, perkedel, ayam, tahu. Lauk diambil semua. Tinggal timun yang nggak dibawa," ucap Saeni.
Saeni juga menjelaskan soal ada piring bekas orang makan. Menurutnya, itu bekas sisa sahur dan belum sempat dibereskan.
"Saya nggak tahu arahan kaya gitu. Mungkin pas saya nangis makanya nggak dikasih tau. Pas mereka bilang ambil plastik makanya saya kabur ketakutan," sambung perempuan asal Tegal ini.
"Pas diambil lauk pauk dari warteg sudah nangis ketakutan. Takut karena yang dateng rame-rame. Cuma bisa bilang, tolong pak jangan diambil pak. Mereka cuma bilang udah ibunya diam aja. Saya iya-iya saja," tambah dia.
Donasi Rp 265 Juta Terkumpul dalam 36 Jam
Foto: Dok. Twitter Dwika Putra
|
Dikoordinir seorang komika bernama Dwika Putra, netizen berdonasi untuk membantu Saeni dan hasilnya pun di luar dugaan. Donasi itu dibuka sejak Jumat (10/6) oleh Dwika di akun Twitter-nya. Dia mengosongkan rekeningnya dan mempersilakan warga yang berniat membantu untuk menyumbang.
Hingga ditutup pada Minggu (12/6), donasi yang terkumpul mencapai Rp 265.534.758. Dwika menyampaikan penggalangan dana dilakukan timnya bersama Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan kitabisa.com.
"Tim kami bersama ACT dan kitabisa.com akan mendiskusikan langkah-langkah selanjutnya. Semua update mengenai data donasi (angka, jumlah transaksi, dll) dapat ditemui di kitabisa.com/bueni," tulis Dwika.
Tak hanya dari netizen, Mendagri juga memberi sumbangan lewat stafnya. Begitu pula Presiden Joko Widodo yang menyumbang Rp 10 juta.
"Dapat Rp 10 juta dari presiden, ada dari pelawak, terus orang Prancis ada yang ngasih Rp 3 juta. Dari kompas Rp 1 juta. Sudah dapet Rp 16,5 juta," jelas Saeni ditemui di warungnya yang tutup.
Uang Donasi untuk Berobat
Saeni menerima bantuan dari Kemendagri (Foto: Bisma/detikcom)
|
"Rasa seneng orang ngasih duit gede. Seneng sampe nangis. Buat pulang kampung sama buat berobat. Sakit panas dingin terus dada sakit," ucap Saeni.
Selain dari netizen, Saeni juga mendapat donasi dari Mendagri Tjahjo Kumolo hingga Presiden Joko Widodo.
"Dapat Rp 10 juta dari presiden, ada dari pelawak, terus orang Prancis ada yang ngasih Rp 3 juta. Dari kompas Rp 1 juta. Sudah dapet Rp 16,5 juta," jelas Saeni ditemui di warungnya yang tutup, Senin (13/6/2016).
Soal uang yang sumbangan Rp 200 juta, Saeni mengaku belum tahu. Belum ada kabar kapan donasi itu akan diberikan.
"Yang Rp 200 juta belum tahu kapan dicairin. Belum ketemu juga yang mau ngasih. Saya tahu dari teman bilang Bu Eni mau dapat uang banyak mau dapat Rp 200 juta langsung saya geger," ujar dia.
Menutup Warung Hingga Lebaran dan Mudik
Warteg Saeni tutup (Foto: Bisma/detikcom)
|
"Dari kemaren abis gerebek nggak buka, tutup terus. Belom dapet penghasilan dari warung," ucap Saeni saat ditemui di warungnya yang sudah tutup.
Tak ada aktivitas berdagang. Sama sekali tidak ada makanan di etalasenya. Saeni juga menutup warungnya dengan spanduk, walau dia tak berjualan.
"Mau buka lagi abis lebaran, puasa gini nggak mau buka lagi," ujarnya.
Saeni baru kali ini berdagang di bulan puasa, biasanya dia tak pernah kebagian. Bersama adiknya dia bergantian dagang tiga bulan sekali. Sewa kios makan itu Rp 7,5 juta untuk satu tahun.
Biasanya saat gantian berdagang di kampungnya dia bekerja serabutan. Entah di sawah, kadang juga membantu tetangganya. Untuk penghasilan di Warteg, sebulan dia bisa mendapatkan sekitar Rp 1,5-2 juta.
Halaman 2 dari 6
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini