Peneliti senior di University of Wollongong Australia pernah membuat gambaran wajah Homo floresiensis dari Flores, NTT, pada tahun 2012 lalu. Dia memang pernah terlibat dalam proses penelitian di situs tersebut selama beberapa tahun.
"Di media sering disebut 'facial reconstruction', tapi karena saya bekerja berdasarkan bukti dan bekerja di ilmu arkeologi, kami lebih senang menyebutnya 'facial approximation', kata Dr Hayes seperti dikutip artikel di uow.edu.au.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hayes menyebut gambar temuannya adalah seorang wanita. Proses rekonstruksi wajah ini disebutnya sebagai pekerjaan yang sulit, terutama menyengkut manusia purba arkaik.
"Dia bukan gambaran seseorang yang disebut cantik, tapi dia jelas sangat istimewa," katanya.
Peneliti dari Australia Gert Van den Bergh sebelumnya menjelaskan, temuan fosil enam gigi dan pecahan rahang bawah di Mata Menge, menunjukkan bahwa fosil itu berukuran kecil, lebih kecil dari Homo Florensiensis. Dari situ, disimpulkan tinggi manusia kerdil itu hanya kurang dari satu meter.
Gert Van den Bergh tak berani menyimpulkan terlalu cepat mengenai fosil manusia purba dari Mata Menge ini. "Ini yang kita dapat baru gigi dan potongan rahang bawah. Ada serpihan otak, tapi kecil sekali, tidak berarti apa-apa," imbuhnya.
Dari hasil penelitian gigi itu, disimpulkan usia fosil manusia purba di Mata Menge sekitar 700 ribu tahun lalu.
"Temuan yang ditemukan di Ngada ini umurnya kira-kira 700 ribu tahun. Di Sangiran saja kalau tidak salah 60 ribu tahun. Ini bisa membuka wacana peradaban kita, 700 ribu tahun lalu sudah ada manusia di NTT," ujar Staf Ahli Bidang Investasi dan Produksi Kementerian ESDM, Yun Yunus Kusumahbrata.
Dugaan keberadaan fosil manusia purba di Ngada sendiri sudah dilaporkan pada 1956 oleh raja yang berkuasa saat itu di sana. Dia menemukan fosil tulang diduga binatang. Setelah itu peneliti dari luar negeri mulai terjun meneliti. (mad/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini