4 Hari ini Air Laut 'Terjang' Hotel dan Kafe Kawasan Sanur, Begini Penampakannya

4 Hari ini Air Laut 'Terjang' Hotel dan Kafe Kawasan Sanur, Begini Penampakannya

Triono Wahyu Sudibyo - detikNews
Rabu, 08 Jun 2016 16:54 WIB
Air laut meluber ke hotel dan kafe di kawasan Sanur, Bali, Rabu 8 Juni 2016 (Foto: Kadek Suprapta M)
Jakarta - Seperti di daerah dan negara lain, fenomena gelombang pasang juga terjadi di kawasan Sanur, Denpasar. Hanya saja dampaknya berbeda. Di Sanur, air laut meluber masuk ke hotel dan kafe.

Foto-foto terjangan air laut ini diabadikan oleh pembaca detikcom yang tinggal di kawasan Sanur, Kadek Suprapta Meranggi, Rabu (8/6/2016) pada pukul 12.30 Wita. Ombak di pantai tidak lagi tenang seperti hari-hari sebelumnya, tapi terlihat kuat. Di bagian lain, air masuk ke hotel dan kafe. Mau tak mau, ini jadi pekerjaan tambahan bagi karyawan: mengepel air laut.

"Kejadiannya sudah 4 hari ini. Tahun-tahun sebelumnya tidak separah ini," kata Kadek kepada detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Foto: Kadek Suprapta M

Menurut Kadek, air laut meluber ke darat sejauh 10-20 meter. Tak ayal, banyak titik yang kena dampaknya. Termasuk di antaranya jalan, kafe, dan hotel di sepanjang pantai. Kondisi ini terjadi selama hampir 4-5 jam. Puncaknya pada tengah hari.

"Dulu cuma 2 hari, ini mungkin sampai besok atau 5 hari," tutur Kadek.

Pelaku wisata dan nelayan meyakini hal itu sebagai fenomena global terkait iklim. Namun terasa aneh karena luberannya tidak biasa. Selain jangkauan air, daya dobrak ombak lebih besar sehingga terkesan mengerikan.

Bagaimana kondisi para turis asing di Sanur? "Ya mereka masih menikmati sih. Mereka tahu fenomena ini tidak hanya di Bali, tapi juga Australia dan belahan dunia lain," kata Kadek.

Yang membuat tidak nyaman adalah sampah. Air laut membawa sampah ke daratan seolah-olah warga sekitar pantai tidak menjaga lingkungan. Padahal itu sampah yang asal-usulnya entah dari mana dan terbawa gelombang pasang.

Foto: Kadek Suprapta M

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), fenomena ini dipengaruhi posisi bumi, bulan dan matahari berada dalam satu garis lurus (spring tide ). Akibatnya, tinggi muka air laut naik.

Menurut Yunus, kondisi ini merupakan siklus rutin bulanan yang normal terjadi. Namun karena bersamaan dengan terjadinya anomali positif tinggi muka air laut di wilayah Indonesia sebesar 15 - 20 cm, maka kondisi ini memberikan dampak yang menimbulkan kerugian materi.

Di Indonesia, potensi gelombang tinggi masih akan terjadi 4 hari ke depan di beberapa wilayah berikut:

- Perairan utara dan barat Aceh
- Perairan barat Nias – Mentawai
- Perairan Bengkulu – Kep. Enggano
- Perairan barat Lampung
- Perairan selatan Banten hingga Jawa Timur
- Perairan selatan Bali, NTB dan NTT

Foto: Kadek Suprapta M
(trw/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads