Di Persidangan MK, Risma Cerita Soal Alasan Tutup Lokalikasi Doly

Judicial Review UU Pemda

Di Persidangan MK, Risma Cerita Soal Alasan Tutup Lokalikasi Doly

Rina Atriana - detikNews
Rabu, 08 Jun 2016 14:38 WIB
Risma datang ke MK (ari/detikcom)
Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bercerita mengenai alasannya menutup lokalisasi Doly di Surabaya di depan majelis hakim konstitusi. Menurut Risma, hal tersebut berdampak buruk pada perkembangan anak-anak di sekitar lokalisasi.

"Saya menutup lokaliasi awalnya karena anak-anak saya di kawasan sana hancur semua hidupnya. Anak-anak di sana rata-rata tidak bisa melanjutkan sekolah kemudian ya sudah kehidupannya seperti itu," kata Risma di Pengadilan MK, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (8/6/2016).

"Rentetan peristiwa dia menjadi mucikari anak-anak, ucing garong, dia jadi makelar temennya untuk dijual. Itu semua kalau digandengkan itu semua ada di kawasan lokalisasi," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesaksian Risma disampaikan saat digelar sidang pengujian Pasal 15 ayat (1) dan (2) UU No 23 tahun 2014 tentang Pemda terhadap UUD 1945. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa Pemkot hanya berwenang terhadap pendidikan tingkat nonformal, usia dini, dan dasar. Pengelolaan SMS/SMK diseratkan ke Pemprov. Menurut Risma, Pemkot berhak untuk memiliki wewenang untuk menangani pendidikan menengah juga.

Menurut Risma, sejak 2011 Pemkot Surabaya selalu menganggarkan APBD untuk pendidikan di atas persentase anggaran pendidikan nasional. Ia juga berharap ada peran aktif dari orang tua karena pendidikan tak hanya di sekolah, tapi di luar itu.

"Dia hanya 8 jam di sekolah sisanya 16 jam di luar sana, yang kita enggak tahu di mana saja dan ngapain saja. Jadi anak-anak tidak bisa hanya diselesaikan dengan pendidikan di sekolah," ujarnya.

Risma juga bercerita mengenai banyaknya anak-anak bermasalah di Surabaya dan kemudian diamankan Satpol PP.

"Kalau Yang Mulia tahu, kadang jam 1 malam, kadang jam 3 pagi, kadang jam 11 malam saya harus datang ke Satpol PP karena anak-anak kena masalah. Ada yang minum-minuman, ada yang mabuk," tutur Risma.

"Anak-anak sekarang tidak takut sama orang tua, dia hanya takut kepada guru dan sekarang takut pada Satpol PP. Saya nungguin terus. Saya tidak tinggalkan anak itu, sampai dia meminta maaf ke orang tuanya," imbuhnya. (rna/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads