"Mereka menggunakan modus manusia gerobak untuk mengemis," ujar Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi DKI Jakarta, Chaidir, dalam siaran pers, Rabu (8/6/2016).
![]() |
Membedakan manusia gerobak dengan pemulung bisa dilihat dari isi gerobaknya. Jika dalam gerobaknya berisi anak dan istrinya sambil mangkal di pinggir jalan dan meminta belas kasihan pengguna jalan, maka mereka bisa dipastikan manusia gerobak yang berkedok sambil mengemis. Jika isi gerobaknya berupa barang-barang bekas maka mereka merupakan pemulung dan itu merupakan pekerjaan halal.
"Ada manusia gerobak yang membawa sampai empat anaknya. Bahkan ada bayi yang baru lahir. Mereka keliling dari satu ruas jalan ke jalan lainnya berhenti sambil menggelar kardus untuk duduk sambil menunggu orang berbelas kasih," tutur Chaidir.
![]() |
Menurut Chaidir, petugas Pelayanan, Pengawasan, dan Pengendalian Sosial (P3S) akan memberikan edukasi dan peringatan kepada mereka agar tidak berhenti dan mangkal di pinggir jalan. "Setelah diberi peringatan beberapa kali namun mereka masih tetap beraktivitas, maka P3S akan melakukan penjangkauan kepada mereka," kata Chaidir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bulan Ramadan memang ladang untuk amal. Namun, jika ingin memberi bantuan untuk beramal hendaknya di tempat yang sudah terpercaya," kata Chaidir.
(nwy/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini