Tetap Berjalan Selama Ramadan, Operasi Tinombala Dievaluasi Agustus 2016

Tetap Berjalan Selama Ramadan, Operasi Tinombala Dievaluasi Agustus 2016

Edward Febriyatri Kusuma - detikNews
Selasa, 07 Jun 2016 15:13 WIB
Tetap Berjalan Selama Ramadan, Operasi Tinombala Dievaluasi Agustus 2016
Irjen Pol Boy Rafli Amar (Foto: Grandyos Zafna/detikcom)
Jakarta - Operasi Tinombala terus dilakukan selama bulan Ramadan. Polri mengimbau kelompok Santoso untuk menyerahkan diri agar tak terjadi kontak senjata dengan aparat.

Hal tersebut disampaikan Kadiv Humas Polri, Irjen Boy Rafli Amar di Kantor Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (7/6/2016). Boy memperingatkan kelompok Santoso bahwa semua aparat di lapangan bersenjata lengkap.

"Berkaitan dengan sudah dikeluarkan maklumat oleh Kapolda Sulteng, itu masih berlaku ya. Artinya mereka memang diminta untuk menyerahkan diri, karena kalau menyerahkan diri, bisa dilakukan pemeriksaan untuk dapat diminta pertangung jawaban secara hukum yang lebih elok," ujar Boy.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Operasi Tinombala Memburu Santoso Tetap Dilanjutkan Selama Ramadan

"Tidak perlu berhadapan dengan cara saling menggunakan persenjataan. Karena petugas kita di lapangan bersenjata semua loh. Karena mereka juga bersenjata api. Kondisi seperti ini bisa saja terjadi benturan. Saling tembak menembak antara mereka," paparnya.

Boy menjelaskan, dengan menyerahkan diri artinya tak harus ada korban dari kedua belah pihak. Polri berharap tak ada jatuh korban baik dari pihak Santoso maupun aparat yang bertugas di Operasi Tinombala.

"Tentu para mereka yang terlibat bisa didengar keterangannya secara utuh dan kita tidak harus berdampak kepada jatuhnya korban. Karena petugas kita juga menghadapi resiko untuk menghadapi kelompok bersenjata," jelas Boy.

Baca juga: Tak Hanya Kelompok Santoso, Pemerintah Akan Tuntaskan Semua Masalah di Poso

Operasi Tinombala terus berlanjut di bulan Ramadan. Boy memastikan akan ada evaluasi dalam operasi ini pada 8 Agustus 2016 mendatang.

"Nanti targetnya bagaimana mereka yang melakukan pelatihan di kawasan atau daerah yang saat ini dilakukan pengejaran. Itu kita bisa menghentikan pelatihan itu dan bahkan kembali ke masyarakat. Harapan kita seperti itu, karena juga banyak dampak negatif kepada lingkungan karena masyarakat juga bisa terpengaruh," pungkasnya.

(edo/rna)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads