Mbah Hardjo, Motor 'Butut' Seharga Rp 36 Juta, dan Kenangan Mantan Murid

Mbah Hardjo, Motor 'Butut' Seharga Rp 36 Juta, dan Kenangan Mantan Murid

Sukma Indah Permana - detikNews
Selasa, 07 Jun 2016 15:15 WIB
Foto: Sukma Indah P/detikcom
Yogyakarta - Jika dilihat sekilas, tak ada yang istimewa dari sepeda motor FR80 Tahun 1977 berwarna hijau milik Hardjosudiro (80) ini. Modelnya lawas tak terpoles, cat mengelupas terganti oleh karat di sana-sininya. Lalu apa istimewanya hingga laku dilelang Rp 36,4 juta?

"Di saat kita belum jadi apa-apa, dia (motor itu) menemani guru kita mengajar. Motor itu benar-benar legendaris. Dia disuruh beli motor itu oleh Romo Pamong (Pimpinan de Britto) waktu itu," kata salah seorang alumni SMA Kolese De Britto Yogyakarta, Yusuf Khestanon (43) saat dihubungi, Senin (6/6/2016).

Hal ini dibenarkan oleh Hardjo saat ditemui di rumahnya di kawasan Wirobrajan, Yogyakarta. Hardjo menuturkan, pada tahun 1977, dia dan seorang lagi guru SMA Kolese De Britto yang masih belum memiliki motor untuk mengajar. Sehingga dia menempuh perjalanan dari rumahnya saat itu di Jalan Tirtodipuran, Yogyakarta ke De Britto menggunakan sepeda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya beli (motor) Rp 300 ribu. Dan uang itu dipinjami Romo. Dipotong gaji sampai 20 kali, per bulannya Rp 15 ribu, tanpa bunga," kata Hardjo.

Foto: Sukma Indah P/detikcom

Sejak beli motor ini pada tahun 1977 hingga akhirnya Hardjo tak bisa mengendarai motor pada tahun 2015, motor ini tak pernah tergantikan. Motor ini menjadi motor pertama sekaligus yang terakhir.

"Saya sudah tidak boleh naik motor sendiri sama dokter setelah operasi jantung tahun kemarin," tuturnya.

Tak hanya kenangan manis, bersama motor ini, Hardjo juga pernah mengalami musibah. Pada tahun 1986 pria yang juga merupakan penari ini mengalami kecelakaan hebat. Saat mengendarai motornya, Hardjo ditabrak truk yang dikemudikan kernet yang belum mahir mengemudi.

"Saya diopname 25 hari, kaki kiri saya dipasang pen. Sejak kecelakaan itu saya berhenti menari," kenangnya.

Baca juga: Mengenal Mbah Hardjo, Pensiunan Guru yang Sumbangkan Rp 21 Juta Hasil Jual Motor

Selain mengajar kimia di De Britto, Hardjo memang sejak kecil menggeluti dunia tari. Bahkan pada tahun 1971 dia dikirim oleh Keraton Yogyakarta ke Belanda untuk menari.

"Saya menari dari umur 14 tahun sampai kecelakaan tahun 1986 dan berhenti," kata Hardjo.

Tak hanya Hardjo, para muridnya juga menyimpan memori tentang motor ini.

Foto: Facebook

Anon, yang menjadi salah seorang penggagas pelelangan motor teringat betul bagaimana kebiasaan gurunya saat berkendara.

"Tasnya dipangku di depan, talinya dicangklongke di lampu stang. Beliau pakai sepatu sandal. Kalau naik motor lempeng, nggak nengok-nengok kayak Gatotkaca," kata Anon sambil tertawa.

Rencananya, motor ini akan dipajang di kantor salah satu alumni De Britto angkatan 86 di Menara Batavia. "Nanti mau dibenerin dulu," tuturnya. (sip/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads