Muhammad Ali, Wajah Tampan dan Uang US$ 200 Ribu Saat Tanding di Jakarta

Mengenang Muhammad Ali

Muhammad Ali, Wajah Tampan dan Uang US$ 200 Ribu Saat Tanding di Jakarta

Wisnu Prasetiyo - detikNews
Senin, 06 Jun 2016 18:36 WIB
Foto: webgalleria.com
Jakarta - Pertandingan antara Muhammad Ali dengan petinju asal Belanda Rudy Lubbers di Jakarta pada 20 Oktober 1973 menyita perhatian publik Tanah Air, khususnya warga Ibukota. Beragam komentar menarik muncul baik jelang, saat dan pasca pertandingan.

Kebanyakan dari warga Ibukota antusias menyambut pertandingan "Si Mulut Besar" melawan Lubbers yang dihelat di arena Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Namun, tak sedikit pecinta tinju Tanah Air yang merasa pertandingan antara Ali dan Lubbers hanya pertandingan seremonial. Maklum saja, Lubbers bukanlah petinju yang disegani atau memiliki catatan prestasi gemilang di dunia tinju internasional.

"Saya pikir ini kami antusias karena Ali nya saja, bukan karena pertandingannya," ujar Sumirat saat diwawancarai TVRI beberapa saat sebelum pertandingan, seperti dikutip detikcom dari majalah Tempo Edisi 21 Januari 1973 yang diakses dari Perpustakaan Nasional, Senin, (6/6/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan Ia sempat menuding, Ali mau bertanding dengan Lubbers hanya karena uang. "Ya tapi kami berusaha menikmati kehadiran dia di sini. Karena ini tetap momen langka," imbuhnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua tim Garuda Jaya, yang merupakan pihak yang menerima kedatangan Ali di Jakarta Rio Tambunan menyatakan bahwa Muhammad Ali adalah petinju dengan karakter bertinju yang khas. Baginya, penonton tak akan kecewa melihat Ali berlaga.

"Menurut saya, setiap gerakan Ali adalah pernyataan seni tinju. Inilah yang berharga untuk disaksikan, bukan soal kalah atau menang melulu," tutur Rio.

Pernyataan Rio ini seakan membantah opini yang berkeliaran sebelumnya. Perangai Ali jelang laga sama seperti laga-laga sebelumnya percaya diri menatap laga ini.

"Seperti juga saya, orang ini juga memiliki wajah yang terlalu tampan. Saat ini Ia (Lubbers) lebih berarti bagi saya daripada si jelek George Foreman," kata Ali menyindir Lubbers.

Ia menyebut bisa mengalahkan Lubbers dalam waktu kurang dari 12 ronde. Lubbers pun menanggapi pernyataan Ali, namun Ia terlihat seperti tidak percaya diri untuk Melawan Ali.

"Bagi saya Ali adalah petinju favorit. Ia seorang petinju terbaik sepanjang sejarah pertinjuan." tutur Lubbers pasrah.

Setelah saling melontarkan kata-kata "pujian" terhadap satu sama lain akhirnya tibalah saat pertandingan. Dalam suasana yang agak mendung dan nyaris hujan, pertandingan pun akhirnya dimulai. Ternyata ekspektasi penonton yang datang di Senayan tak terbayarkan. Pertandingan berjalan monoton, Ali nampak terlihat tidak mengeluarkan kemampuan maksimalnya. Meski kerap dipukuli sana-sini, Lubbers bisa bertahan sampai ronde akhir.

Ali pun gagal mengalahkan Lubbers dengan kemenangan K.O. Meski demikian, Ali tetap bisa menundukkan Lubbers dengan kemenangan angka mutlak.

Di akhir pertarungan, Ali kemudian membantah soal kesediaannya bertarung melawan Lubbers hanya karena uang taruhan.

"200.000 Dollar memang uang yang besar. Namun alasan saya datang ke Jakarta lebih dari itu. Memang saya menganggap melawan dia seperti sekadar latihan, tapi saya menganggap pertandingan melawan yang lain pun sama," ujar Ali setelah pertandingan seperti dikutip detikcom dari Majalah Capita Selekta edisi November 1973. (mad/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads