Maisaroh, yang kakaknya menjadi korban kekejian PKI, menceritakan di sore hari tahun 1965 dia dan kakaknya sedang jalan-jalan di Kota Solo, Jawa Tengah. Lalu, di jalan mereka bertemu teman kakaknya yang ternyata orang PKI. Lantas kakaknya yang juga merupakan salah satu pengusur ormas dibawa ke suatu tempat yang ternyata ke markas PKI. Di sana kakak Maisaroh diinterogasi dan disiksa.
"Kakak saya disiksa, dipukul kepalanya benjol, sampai tidak sadarkan diri. Lalu lidahnya juga disilet," kata Maisaroh saat menceritakan kejadian yang dialami oleh kakaknya di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (2/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kakak saya sempat satu minggu tidak sadarkan diri di rumah sakit. Sampai sekarang, kakak saya tidak bisa bicara dengan jelas karena lidahnya disilet," ujar Maisaroh.
Kekejaman PKI juga menimpa Siti Aisyah warga Magetan, Jawa Timur. Saat itu di tahun 1948, Aisyah yang baru berusia 18 tahun ingat betul bagaimana orang tua angkatnya, Dimyati dipotong lehernya oleh PKI.
Awalnya Dimyati dan keluarga mengungsi karena ada isu PKI akan membakar rumah mereka di desa Kerambe, Magetan. Mengetahui Dimyati, yang merupakan aktivis Masyumi tidak ada di rumah, lantas PKI mengutus utus oknum lurah untuk memberi tahu bahwa desa mereka sudah aman.
"Waktu pulang ke rumah ternyata malah ditangkap dan diamankan di rumah lurah. Besok paginya, bapak saya dipenggal kepalanya dan dimakamkan di kuburan Belanda bersama beberapa orang lainnya," tutur Aisyah. (dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini