"Itu kan disebutnya (oleh Mensos) lokalisasi, nah di Jabar sudah enggak ada lokalisasi. Jadi setelah di Cibitung dan Saritem ditutup, sudah enggak ada lagi lokalisasi," ucap Kadinsos Pemprov Jabar Arifin Harun Kertasaputra saat dikonfirmasi detikcom via telepon, Kamis (2/6/2017).
Namun Arifin tidak membantah jika terdapat lokasi yang diduga dijadikan area prostitusi. Dia mengatakan lokasi disinyalir menyediakan WTS itu bukan lokalisasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arifin juga menyampaikan data berbeda soal jumlah WTS. Hasil pendataan dari kabupaten kota, sambung dia, jumlah WTS di Jabar mencapai 5.271 orang.
"Kalau disebutnya 11 lokalisasi berisi 15 ribu WTS, artinya ada 1.500 di tiap lokalisasi. Ya di mana orangnya? Sedangkan data yang kami punya cuma 5.271 WTS," tutur Arifin.
"Jadi lima ribuan WTS di Jabar itu tersebar di lokasi-lokasi seperti warung remang-remang, mungkin juga covernya panti pijat tapi isinya menyediakan jasa prostitusi. Atau mungkin juga di tempat spa. Bukan tersebar di lokalisasi," kata Arifin menambahkan.
Dinsos Jabar, sambung Arifin, bakal secepatnya bertemu dengan pihak Kemensos berkaitan pernyataan disampaikan Mensos Khofifah. Tujuannya untuk menyamakan data serta mencari kebenaran informasi lokalisasi seperti disebut Khofifah.
"Nanti kami minta klarifikasi ke Kemensos. Data 11 lokalisasi berisi 15 ribu WTS di Jabar itu dari mana dan tempatnya di mana? Sebab berdasarkan laporan data di kabupaten kota (di Jabar) enggak ada lokalisasi. Makanya kami akan cari tahu," ucap Arifin yang segera mengutus perwakilan Dinsos Jabar untuk ke kantor Kemensos di Jakarta.
Arifin perlu mencari tahu data dimiliki Kemensos lantaran informasi 11 lokalisasi berisi 15 ribu WTS di Jabar sudah menyebar ke publik. "Kami akan menyamakan data. Apa betul data dimiliki Kemensos itu? Siapa yang mendatanya? Kalau ternyata betul, ya enggak apa-apa. Tapi kami ingin tahu di mana lokalisasinya, ya tunjukan kepada kami," tutur Arifin (bbn/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini