Bagi Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang juga punya kursi pijat di ruangan kerjanya, fasilitas ini sudah ada sejak zaman baheula. Bukan sesuatu yang baru di ruangan pimpinan DPR.
"Dari zaman Bung Karno sudah begini. Semua pejabat ada (tempat tidur di kantornya). Dari puluhan tahun ya ini. Nggak ada yang istimewa," ujar Fadli saat menunjukkan ruangan istirahat itu kepada detikcom, Rabu (2/6/2016).
![]() |
Penjelasan Fadli Zon ini memancing tawa anggota Komisi III DPR dari PD Ruhut Sitompul. Ruhut memang tak melarang Fadli istirahat siang di kasur empuk itu, tapi bagi jubir PD itu, urgensi kasur di ruang kerja pimpinan DPR patut dipertanyakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ruhut membandingkan ruangan kerja Fadli Zon yang luas lengkap dengan sofa empuk, meja makan, bahkan kasur dan kursi pijat dengan ruangannya. Menurut Ruhut itu jauh sekali perbandingannya.
"Kayak langit sama bumi," kata Ruhut.
"Ada saunanya nggak tuh?" sentil jubir PD ini.
Beda dengan Ruhut, anggota Komisi III DPR yang juga Sekjen PPP Arsul Sani menyebut kasur berguna untuk merebahkan badan sejenak.
"Kadang-kadang diperlukan juga untuk menyandarkan badan 20-30 menit. Daripada tidur di dalam ruangan sidang. Mungkin cuma butuh istirahat sebentar," kata Arsul saat berbincang, Kamis (2/6/2016).
Arsul mengatakan bahwa dia juga terkadang butuh waktu istirahat sejenak di sela-sela rapat maraton di DPR. Tapi, karena tidak punya kasur di ruang kerja seperti Fadli Zon, dia biasanya istirahat di sofa di ruangannya.
Namun tak dipungkirinya memang ruang kerja pimpinan DPR sangat besar, jika dibandingkan dengan ruang anggota DPR ya bisa jadi Ruhut benar antara bumi dan langit
"Ruangan anggota seluas 4x6 meter. Yang 2x4 untuk staf dan tenaga ahli. Yang ditempati anggota seluas 4x4, ruangan itu saja terasa sempit sekali sebenarnya," ucap anggota Komisi III DPR ini.
"Kalau soal luas ruangan, memang agak timpang rasanya," tambah Arsul.
![]() |
Sementara itu nggota F-PDIP DPR Arteria Dahlan tak merasa perlu ada kasur di ruang kerja dewan. Ia sendiri tidur di kursi pun sudah cukup.
"Saya pribadi lebih memilih tidak membuat fasilitas seperti itu dikarenakan toh tidak terdapat kepentingan yang mendesak. Kalau letih sekali, saya lebih memilih tidur di kursi ruang kerja saja," kata Arteria kepada wartawan, Kamis (2/6/2016).
Arteria menuturkan bahwa pemulihan tenaga bisa dilakukan di mana saja, tidak perlu di kasur. Apalagi, keberadaan kasur di ruang kerja DPR bisa dipersepsikan macam-macam.
"Suka atau tidak, tempat tidur tersebut dapat dipersepsikan macam-macam, paling tidak kok datang ke DPR untuk tidur, atau sudah mempersiapkan dirinya untuk dapat tidur," ungkap anggota Komisi II DPR ini.
Meski begitu, sebenarnya Arteria menilai kasur di ruang kerja Fadli Zon sebagai hal normal selama integritas pimpinan DPR tetap terjaga. Kasur itu pun tentu harus digunakan sesuai tugasnya yaitu untuk menunjang pekerjaan.
Lalu bagaimana menurut anda? (van/trw)