PRT Asal NTT Diduga Jadi Korban Kekerasan Majikannya di Riau

PRT Asal NTT Diduga Jadi Korban Kekerasan Majikannya di Riau

Chaidir Anwar Tanjung - detikNews
Rabu, 01 Jun 2016 16:41 WIB
Foto: PRT yang diduga dianiaya di Riau/ Chaidir Anwar Tanjung/detikcom
Pekanbaru - Nasib malang menimpa Salumi (15) pembantu rumah tangga (PRT) asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibuang majikannya di wilayah Kabupaten Kampar Riau. Kondisi korban mengenaskan, badannya penuh luka dan bernanah.

"Kondisi korban benar-benar mengenaskan. Dia trauma berat, lilung, takut melihat orang. Badannya penuh luka," kata Kanit Polsek Siak Hulu, Kab Kampar, AKP Rino Handoyo, SH dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (1/6/2015).

Rino menjelaskan, bahwa awalnya korban ini ditemukan di sekitar Polsek Siak Hulu tiga pekan lalu. Ketika ditemukan warga, kondisi korban sangat lemah sekali. Berbicara pun sudah tak berdaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lantas ada warga B Tampubolon yang menyelamatkan. Dia dirawat baik-baik. Dan hari karena kondisinya sedikit membaik, kita coba untuk diajak berdialog," kata Rino.

Dialog sedikit sulit untuk dilakukan, kata Rino, karena korban susah berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Tapi paling tidak, pihak kepolisian mulai mengetahui apa yang dialami korban selama ikut majikannya.

"Korban ini jelas mengalami penganiyaan berat. Punggungnya kita duga ada bekas setrika," kata Rino.

Namun pihak kepolisian sendiri, kata Rino, belum bisa menarik benang merah siapa majikannya. Terlebih korban sendiri menyebut tidak mengetahui di mana lokasi rumah majikannya.

"Ya mungkin bisa jadi majikannya ada di Pekanbaru yang berbatasan dengan wilayah hukum kami. Kita duga, korban ini sengaja dibuang di wilayah kami," kata Rino.

Terkait kasus penganiayaan PRT ini, pihak kepolisian menggandeng Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Bantuan dan Peduli Anak Riau (LBPAR). Menurut Ketua LBPAR, Rosmaina yang kini mendampingi korban, bahwa pihaknya hari ini akan berkoodirnasi dengan paguyuban keluarga dari NTT yang ada di Riau.

"Kita akan coba menghubungi paguyuban asal NTT. Sebab, korban memang sangat susah berkomunikasi dengan bahasa Indonesia," kata Rosmaina. (cha/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads