"Saya sudah taruh 185 KTP. Ada juga yang di rumah, ada 100 KTP lagi untuk Teman Ahok. Karena saya merasa kinerja Pak Ahok bagus," kata Fitri di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (30/5/2016).
Fitri terancam dipecat sebagai PHL karena diduga menipu Ahok bahwa dia adalah PNS. Namun Fitri menilai itu hanyalah kesalahpahaman belaka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyatakan kesalahpahaman itu terjadi saat Ahok mendatangi seputaran Kanal Banjir Timur (KBT) sekitar sebulan lalu. Dia mengaku tak pernah membohongi Ahok bahwa dirinya adalah PNS yang mengawasi PHL. Waktu itu Ahok, menurut penuturan Fitri, bertanya sudah berapa lamakah Fitri menjadi PNS.
"Saya jawab, maaf, Pak, saya bukan PNS. Saya PHL. Sudah berapa lama jadi mandor? Saya jawab, maaf, Pak, saya bukan mandor, saya PHL," tutur Fitri.
Fitri yang mengaku sudah jadi PHL sejak 2015 ini disuruh menandatangani surat pengunduran diri oleh Kepala Sudin Pertamanan Jakarta Timur, pada Jumat (27/5) kemarin. Namun dia tidak mau.
Dia mengaku punya anak lima, yang paling besar sudah lulus SMA dan ingin kuliah di Perguruan Tinggi Negeri. Anak kedua dan ketiga telah lulus SMP dan hendak melanjutkan ke SMA. Anak keempat duduk di bangku kelas 3 SD. Anak bungsu baru saja masuk SD.
"Suami saya kerja serabutan," kata dia. (dnu/aan)











































