Dalam pameran yang digelar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Vientiane, Laos, batik pun menjadi dresscode. Bahkan booth batik mendominasi dan laris diborong warga Laos.
![]() |
Tak berhenti di situ, Nunung Inggarnasih yang merupakan salah satu pihak yang ikut dalam pameran didapuk untuk gelaran workshop. Wanita yang karib disapa Bu Nunung itu memang tak asing dengan dunia batik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada sekitar 60-100 orang yang mengikuti workshop yang dilatih Nunung. Dia pun dengan sabar menjelaskan tentang beberapa contoh jenis batik.
"Batik itu dibuat melalui kain yang berasal dari alam. Bisa katun, sutra, kayu, bambu, semua berasal dari alam. Kalau saat ini kita menggunakan media katun," ucap Nunung.
![]() |
Peserta workshop batik pun terdiri dari berbagai latar belakang. Ada pelajar dari sekolah seni, ada dari sekolah bagi anak berkebutuhan khusus, bahkan pengunjung pameran yang sebenarnya tidak termasuk peserta workshop ingin ikut belajar membatik.
"Sampai kewalahan aku. Soalnya kan memang tidak mempersiapkan buat banyak. Tapi jadi rame," kata Nunung.
![]() |
Bahkan Nunung pun sempat menjelaskan sejumlah motif batik dan filosofinya. Salah satunya motif batik parang yang melambangkan kegagahan dan dipakai pada zaman dulu ketika berangkat perang. Semakin besar motif parang di dalam batik maka semakin tinggi kedudukan orang yang mengenakannya.
Tak hanya itu, fashion show batik pun sempat memeriahkan pameran 'Wonderful Indonesia' yang diinisiasi KBRI Laos. Pameran yang baru pertama dilakukan ini dimulai sejak 27 Mei 2016 hingga 29 Mei 2016.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini