"Pemulihan tanaman yang kering atau layu menjadi salah satu bagian dari motto edukasi. Kalau di taman kurang segar kemudian kami rawat di sini nanti kalau sudah segar dikembalikan di lokasi semula," ujar Kepala Bidang Pertamanan Bayu Hadiyanto saat ditemui di lokasi, Selasa (16/5/2016).
Baca juga: Menengok Cantiknya Kebun E-Park di Banyuwangi
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kalau rangka besinya sudah rusak kita ganti, tanaman kering atau layu ini akan rutin disiram dan diberi pupuk supaya segar kembali. Penggantian media tanam (polikarbonat) bila sudah waktunya juga diganti agar nanti bisa dipasang kembali untuk mempercantik kota," papar Arief.
Menurut Arief, proses edukasi di kebun ini juga meliputi pemilahan sampah, untuk yang organik bisa diolah menjadi pupuk sedangkan yang anorganik bisa dimultifungsikan. Letak Unit Daur Ulang Pengolahan Kompos (UDPK) itu berada tak jauh dari taman nursery, berada di sisi utara yang dekat dengan tempat sampah.
![]() |
UDPK tersebut memiliki luas sekitar 10 X 12 meter dan terdapat satu alat untuk menyaring daun-daun yang sudah busuk. Tampak seorang petugas yang sedang memutar alat itu untuk menyaring daun-daun.
"Setelah sampah dipilah yang anorganik ke bank sampah dan organik kita jadikan kompos. Bahan organik itu kita letakkan di rumah kompos ini. Dedaunan ini ditumpuk dan disemprot dengan bakteri activator selama 21 hari, setiap saat disamsam supaya kelembaban terjaga. Setelah itu dijadikan media tanam dicampur dengan tanah dan pupuk kandang supaya jadi media tanam yang siap pakai," jelasnya.
![]() |
Di lokasi unit ini juga terdapat vertikal garden, bahkan ada dua kantong tanaman yang kosong dan sisanya layu. Ketika ditanya hal ini, Arief menjelaskan setiap bagian di unit kebun tersebut ada penanggung jawabnya untuk merawat tanaman.
"Ini jadi tanggung jawabnya bapak, harusnya perhatikan tanaman jangan sampai layu. Nanti tanaman ini harus diganti dengan yang baru," tegur Arief ke bapak itu.
Arief menjelaskan proses edukasi pemilahan sampah ini berhasil mengurangi jumlah sampah di Banyuwangi. Dengan begitu motto ekologi yang juga diusungnya turut tercapai.
"Alat angkut sampah kita terbatas hanya 30 dump truk untuk melayani 24 kecamatan, bandingkan dengan Bogor yang memiliki 118 dump truk. Tapi mereka belajar ke Banyuwangi terkait pengelolaan sampah. Ada keberhasilan mengolah sampah hingga 20 persen karena diolah menjadi kompos, semangat 3R (Reuse, Recycle and Reduce), Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dan bank sampah Banyuwangi," ujarnya bangga.
![]() |
Arief pun menyebut pihaknya memiliki beberapa daerah percontohan yang sudah melaksanakan 'urban farming' di kota Banyuwangi. Misalnya Perumahan Kalirejo gang Anggur di Kecamatan Kabat, green kampong di dekat Pantai Cemara dan green school di SMAN 1 Giri.
"Mengapa di perkotaan karena lokasinya sempit, masyarakatnya konsumtif dan produksi sampah paling besar. Makanya kita latih berkebun dan memilah sampah. Alhamdulilah hasilnya sudah kelihatan," katanya.
![]() |