Pendaki Diimbau Tak Sombong Saat Naik Gunung Gede Pangrango, ini Sebabnya

Pendaki Diimbau Tak Sombong Saat Naik Gunung Gede Pangrango, ini Sebabnya

Rina Atriana - detikNews
Jumat, 27 Mei 2016 16:31 WIB
Pemandu pendaki Ai Nani Rohaeni (Foto: Rina Atriana/detikcom)
Cianjur - Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang berada di Jawa Barat masing-masing memiliki tinggi 2.958 mdpl dan 3.091 mdpl kerap menjadi primadona bagi pendaki. Tak hanya pendaki senior, pendaki pemula banyak yang mencoba mendaki di dua gunung ini.

Tapi harus dicatat, seorang pendaki diminta tak sombong dan sesumbar selama pendakian di dua gunung ini.

Staf Taman Nasional (TN) Gede Pangrango yang juga seorang pemandu pendaki, Ai Nani Rohaeni, menuturkan, tak sedikit pendaki yang tersesat atau kecelakaan selama pendakian karena kerap sesumbar. Mereka menyebut mereka tahu jalur dan tak butuh bantuan.

"Ada yang bilang 'saya pipis dulu ya, bapak ibu (pemandu) silakan duluan. Saya tahu sendiri, tidak usah dikasih tahu'," kata Ai saat ditemui di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (27/5/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terus dia lihat pohon pisang, dia ambil buahnya, engga tahunya ternyata jurang. Sering kayak gitu. Pokoknya jangan sombong di sini mah," tutur Ai yang dibayar Rp 700 ribu per hari untuk memandu pendaki.

Ai lantas bercerita mengenai cerita telaga biru yang ada di Gunung Gede Pangrango. Menurutnya, di lokasi tersebut terdapat legenda di mana keluarga bupati pertama Cianjur kerap berkumpul.

Ai menuturkan cerita yang dipercaya masyarakat di sekitar kawasan Gunung Gede Pangrango. Konon katanya, seorang leluhur Cianjur, menikah dengan jin, kemudian mempunyai dua anak, dan anaknya manusia. Satu anak tinggal di alun-alun barat, satunya di Ciremai, Cirebon. Kadang di Gunung Salak. Konon katanya juga di bulan Rajab sama Mulud berkumpul di Gunung Gede.

Ai kemudian bertutu pengalaman unik dirinya selama 31 tahun menjadi pemandu di Taman Nasional Gede Pangrango.

"Pernah waktu itu ketika jaga tiket, malem-malem. Tiba-tiba melintas yang mengenakan pakean wayang. Ada juga waktu itu ada anak SMK yang praktik di sini, didatengin sama perempuan berambut sepinggang, lalu menghilang," ungkap Ai. Apa yang disampaikan Ai ini hanya sekedar cerita saja. Bagi dia yang utama dalam mendaki gunung yakni fisik yang sehat dan setelah itu pasrah kepada Tuhan. (rna/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads