Tapi harus dicatat, seorang pendaki diminta tak sombong dan sesumbar selama pendakian di dua gunung ini.
Staf Taman Nasional (TN) Gede Pangrango yang juga seorang pemandu pendaki, Ai Nani Rohaeni, menuturkan, tak sedikit pendaki yang tersesat atau kecelakaan selama pendakian karena kerap sesumbar. Mereka menyebut mereka tahu jalur dan tak butuh bantuan.
![]() |
"Ada yang bilang 'saya pipis dulu ya, bapak ibu (pemandu) silakan duluan. Saya tahu sendiri, tidak usah dikasih tahu'," kata Ai saat ditemui di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (27/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ai lantas bercerita mengenai cerita telaga biru yang ada di Gunung Gede Pangrango. Menurutnya, di lokasi tersebut terdapat legenda di mana keluarga bupati pertama Cianjur kerap berkumpul.
Ai menuturkan cerita yang dipercaya masyarakat di sekitar kawasan Gunung Gede Pangrango. Konon katanya, seorang leluhur Cianjur, menikah dengan jin, kemudian mempunyai dua anak, dan anaknya manusia. Satu anak tinggal di alun-alun barat, satunya di Ciremai, Cirebon. Kadang di Gunung Salak. Konon katanya juga di bulan Rajab sama Mulud berkumpul di Gunung Gede.
Ai kemudian bertutu pengalaman unik dirinya selama 31 tahun menjadi pemandu di Taman Nasional Gede Pangrango.
"Pernah waktu itu ketika jaga tiket, malem-malem. Tiba-tiba melintas yang mengenakan pakean wayang. Ada juga waktu itu ada anak SMK yang praktik di sini, didatengin sama perempuan berambut sepinggang, lalu menghilang," ungkap Ai. Apa yang disampaikan Ai ini hanya sekedar cerita saja. Bagi dia yang utama dalam mendaki gunung yakni fisik yang sehat dan setelah itu pasrah kepada Tuhan. (rna/dra)