"Sekarang harus jalan dulu kalau mau naik angkot, tapi nggak apa-apa demi kebaikan bersama," ujar Syamsuddin (26) penumpang Mikrolet 44 di Jl Abdullah Syafii, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (26/5/2016).
Penumpang kereta lebih mudah menemukan bus feeder TransJakarta dibanding Mikrolet. Bus feeder ini tidak ngetem lama di tempat yang tak jauh dari stasiun. Namun jika penumpang yang tidak memiliki kartu elektronik untuk naik bus TransJakarta maka mereka harus naik angkutan umum lainnya.
![]() |
Seperti Ma'ruf (25). Dia tidak memiliki kartu elektronik untuk naik Transjakarta yang harganya Rp 40 ribu dan bisa di-top up. Karena itu dia memilih naik Mikrolet 44.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tukang parkir di Stasiun Tebet, Jarwo (40), mengatakan, sopir Mikrolet harus menunggu penumpang yang jalan lebih dulu begitu turun dari kereta. "Biasanya di depan stasiun mereka tinggal naik. Kalau sekarang sopir harus menunggu penumpang yang jalan dari stasiun," kata Jarwo.
Mikrolet 44 kini sudah ditata dengan adanya jalur khusus ngetem di Jl Abdullah Syafii. Jalur ini sebagai solusi atas aksi demo dan blokade jalan yang dilakukan oleh sopir Mikrolet M 44 yang protes kendaraannya diderek Sudinhubtrans Jaksel karena ngetem sembarangan di dekat stasiun sehingga memicu macet parah.
(nwy/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini