Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo memastikan NPHD itu akan segera diteken. Dia meminta Dirjen Keuangan Daerah dan Dirjen Otonomi Daerah memantau penandatanganan itu tak berlarut-larut.
"Dirjen Keuangan Daerah dan Dirjen Otonomi Daerah terus melakukan monitoring dan menanyakan ke daerah tersebut, kenapa belum (tandatangan) NPHD. Masalahnya di mana apa sebabnya," ucap Tjahjo kepada detikcom, Kamis (26/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun secara keseluruhan, NPHD yang akan digunakan di Pilkada serentak 2017 ini relatif lebih baik dibanding Pilkada serentak pertama 2015 yang banyak daerah terlambat cairkan dana Pilkada.
"Awalnya soal dana tidak ada masalah," ucap Tjahjo.
Sebelumnya, komisoiner KPU Hadar Nafis Gumay mengatakan bahwa NPHD untuk Pilkada di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulut, terkendala masalah ketidaksepakatan besaran anggaran yang akan dicairkan antara Bupati dengan KPUD.
"Awalnya sudah ada angka yang mereka sudah sepakati, tahu-tahu saat mau ditandatangani, angka yang disepakati itu berubah. KPU tidak setuju. Bupati hanya mau tanda tangan angka itu," ucap Hadar Selasa (24/5).
Hadar mengatakan, jika NPHD itu makin molor ditandatangani oleh Pemda, maka lebih baik Pilkada di daerah tersebut ditunda. Dari 101 daerah yang akan pilkada, hanya Kab. Bolaang Mongondow yang belum teken NPHD.
"Saya ingin sebetulnya segera. Kalau nanti tahapan pembentukan panitia ad hoc PPS atau PPK mulai tanggal 21 Juni, kalau masih ada daerah yang belum teken, tunda saja (Pilkada) di daerah tersebut. Bagaimana, kami sudah harus bekerja, dana belum turun, belum pasti," imbuh Hadar.
(miq/rii)











































