"Saya berpesan sebagai penanggung jawab operasi Tinombala tidak bangga menembak teroris. Tapi kalau memang mau menyerahkan diri, kami siap," kata Rudy saat menggelar jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (25/5/2016).
"Kalau tidak (menyerahkan diri), kami lakukan langkah hukum sesuai prosedur yang berlaku," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam menghadapi kelompok Santoso yang bergerilya itu, lanjutnya, Satgas Tinombala menggunakan taktik 'gerilya anti gerilya'.
"Dalam teknik gerilya, semakin besar kelompoknya semakin mudah didapatkan. Tetapi semakin kecil akan semakin susah dicarinya," ujarnya.
"Kita pun menggunakan taktik gerilya anti gerilya. Seperti disampaikan Pak Menko Polhukam, kita mencari jarum di atas jerami. Berangsur-angsur kita berhasil dapat, selama Tinombala sudah 15 orang yang tertangkap," sambungnya.
Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan antara maklumat dengan operasi berjalan simultan. Operasi pengejaran kelompok Santoso tetap dilakukan kendati ada maklumat yang dikeluarkan.
"Kegiatan operasi ini ingin dituntaskan sesuai instruksi Kapolri dan Presiden agar secepatnya menuntaskan ancaman terorisme di negara kita," ujarnya.
"Kita harap sampai tanggal 8 Agustus (batas perpanjangan operasi Tinombala) bisa menangkap mereka lebih banyak lagi untuk nantinya diproses," tutupnya.
(idh/aan)











































