Di Asean Student Summit 2016, BNPT Sampaikan Soal Ancaman Gerakan Radikalisme

Di Asean Student Summit 2016, BNPT Sampaikan Soal Ancaman Gerakan Radikalisme

Idham Kholid - detikNews
Selasa, 24 Mei 2016 16:21 WIB
Di Asean Student Summit 2016, BNPT Sampaikan Soal Ancaman Gerakan Radikalisme
ASEAN student summit 2016/ Foto: Istimewa
Jakarta - Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen Pol Arief Dharmawan membuka acara ASEAN student summit 2016. Arief menyampaikan lima pesan penting untuk mewaspadai ancaman gerakan-gerakan radikalisme di negara-negara ASEAN sebagai upaya mewujudkan keamanan nasional.

Acara yang diprakarsai Pemerintah RI itu digelar di kampus Universitas Negeri Surabaya sejak Selasa hingga Sabtu (24-28/5/2016). 50 perguruan tinggi di Seluruh Indonesia dan 5 perguruan tinggi dari kawasan ASEAN termasuk dari Australia hadir dalam acara yang bertajuk "Membangkitkan Integritas Bangsa dalam Mengawal ASEAN Community" itu.

Pesan pertama, Arief mengatakan, saat ini batas-batas suatu negara tidak jelas lagi seiring dengan kemajuan teknologi informasi, sehingga para mahasiwa baik yang ada di dalam negeri atau dari negara lain harus bijaksana dalam pergaulan dan pemanfaatan teknologi informasi tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pengaruh situasi global, regional sangat berpengaruh kepada situasi politik, ekonomi dan keamanan suatu negara termasuk Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Arief dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikcom, Selasa (24/5/2016).

Kedua, Arief melanjutkan pesannya, pemanfaatan IT juga dilakukan oleh jaringan teroris seperi untuk merekrut anggota baru, propaganda, penghasutan, penggalangan dana dan sebagainya.

"Sehingga berdampak banyaknya para pemuda dan anak-anak terlibat dalam terorisme akibat dari teradikalisasinya oleh jaringan terorisme," ujarnya.

Ketiga, Arief menuturkan, fenomena islamic state yang dicetuskan oleh Kelompok Abu Bakar Al-Baghdagy di Iraq dan Suriah dua tahun silam menjadi magnet bagi orang-orang dari berbagai negara di dunia yang memahami Islam secara sempit untuk 'berhijrah' dan menjadi pasukan untuk konflik berdarah di Suriah dan Iraq.

"Peran media online dan social media sangat berpengaruh di sini," ucapnya.

Keempat, lanjutnya, 3 gelombang foreign terrorist fighters yaitu alumni Afghanistan, alumni Moro-Filipina Selatan dan ISIS telah terbukti pernah melakukan aksi terorisme di Indonesia. Korban jiwa, harta benda dan psikis telah banyak dirasakan oleh bangsa Indonesia dan warga negara asing yang berada di Indonesia akibat aksi tersebut.

Karena itu, Arief menambahkan pesannya, seluruh elemen harus bersatu padu dalam upaya penanggulangan terorisme di Indonesia dari berbagai lini. Termasuk para mahasiwa yang nantinya akan melanjutkan pembangunan dan keberlangsungan Negara Indonesia.

"Jangan sampai kita terlena yang menjadikan negara kita menjadi negara gagal," tutupnya. (idh/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads