"Sekitar 3 atau 4 hari lalu ada semacam cubitan untuk kita kalau kita baca halaman pertama Kompas, kita lihat yang namanya Bripka Seladi, banyak yang baca mungkin. Mungkin itu patut menjadi pedoman bagi kita," kata Agus saat membuka pelatihan bersama penanganan tindak pidana korupsi di Hotel Aston Bogor, Jabar, Senin (23/5/2016).
"Tapi dalam waktu yang bersamaan patut menjadi penyesalan menjadi kita, kenapa kita sebagai negara, kenapa kita sebagai pimpinan, tidak bisa mencukupi hidupnya," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mohon maaf kalau saya membandingkan, teman-teman jaksa yang bertugas di kejaksaan dan teman-teman jaksa yang bertugas di KPK atau pun teman-teman Polri yang bertugas di kepolisian dengan di KPK itu penerimaannya sangat jauh," ujar Agus.
"Oleh karena itu ini yang harus kita perjuangkan," lanjutnya.
Selain bertugas sebagai polantas di Polres Malang, Bripka Seladi memilih memulung sampah plastik untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Istri Seladi bernama Ngatiani menyebut, suaminya memulung bukan karena gaji tak cukup, namun lebih pada kebutuhan untuk menghidupi 3 orang anak memang tidaklah sedikit.
"Kalau gaji sebenarnya bisa dibilang cukup. Tetapi namanya hidup dengan tiga anak, bapak menambah penghasilan dengan menjual sampah plastik itu," terang Ngatiani ditemui di rumahnya, Malang, Jumat (20/5). (rna/rvk)











































