Bertemu WNI di Wina, Susi Jelaskan Bahayanya Kejahatan Perikanan

Laporan dari Wina

Bertemu WNI di Wina, Susi Jelaskan Bahayanya Kejahatan Perikanan

Arifin Asydhad - detikNews
Senin, 23 Mei 2016 10:00 WIB
Menteri Susi dan Dubes RI untuk Wina Rachmat Budiman bertemu WNI di Wina (Foto: Arifin Asydhad/detikcom)
Wina - Seusai mendampingi Presiden Jokowi di KTT Rusia-Asean di Sochi, Rusia, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terbang ke Wina. Susi akan menghadiri sidang sesi ke-25 Komisi Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana (Commission on Crime Prevention and Criminal Justice - CCPCJ). Susi dan delegasi Indonesia akan memperjuangkan kejahatan perikanan sebagai kejahatan transnasional terorganisir (transnational organized crime/TOC).

Sebelum berbicara di sidang CCPCJ dan menjadi keynote speaker di high level side event (HLSE) di forum tersebut hari ini, Senin (23/5/2016), Susi menyempatkan diri bertemu para WNI dan Diaspora Indonesia di kantor KBRI Wina, Minggu (22/5/2016) malam. Ratusan orang hadir di acara yang didahului makan malam bersama ini.

Para WNI merasa senang dengan kehadiran Susi. Bahkan, banyak di antara WNI ini yang mengidolakan Susi. Wajar, kalau kemudian para WNI ini berebut dan meminta foto bareng Susi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Acara ramah tamah dengan WNI ini dipandu oleh Dubes RI untuk Wina yang sekaligus Wakil Tetap RI di PBB Rachmat Budiman. Setelah memperkenalkan para delegasi Indonesia, Rachmat mempersilakan Susi untuk berbicara dan berdiskusi.

Susi menjelaskan tujuan kehadirannya di Wina dalam rangka mendorong agar kejahatan perikanan (fisheries crime) bisa dimasukkan ke dalam kejahatan transnasional teroganisir (transnational orgaized crime/TOC). Untuk tujuan ini, Susi akan menjadi pembicara di sesi pleno sidang CCPJC mewakili Indonesia dan High Level Side Event (HLSE) mengenai Transnational Orgazied Fisheries Crime).

"Mengapa kejahatan perikanan harus masuk kejahatan transnasional terorganisir? Ini sangat penting, karena akan memudahkan untuk mengejar dan menghukum para pelakunya," kata Susi. Selama ini, pelaku kejahatan perikanan hanya dijerat dengan aturan hukum masing-masing negara dan hukuman yang dijatuhkan selama ini pun sangat rendah. Dalam merealisasikan upaya ini, kata Susi, Indonesia perlu menggalang kerjasama dengan negara-negara lain.

Susi menceritakan mengenai bahayanya kejahatan perikanan yang selama ini terjadi. Selain pencurian ikan yang merugikan negara yang menguasai wilayah laut secara ekonomi, juga ada kerusakan lingkungan. "Indonesia saja mengalami kerugian US$ 20 miliar tiap tahun gara-gara illegal fishing ini," kata Susi.

Selain pencurian ikan, juga ada kejahatan-kejahatan lain yang mendompleng dalam kejahatan perikanan ini. Ada penyelundupan barang ilegal, narkoba, dan senjata. Ada penyuapan dan korupsi. Bahkan, ada penyelundupan manusia dan perbudakan modern yang salah satunya terungkap dalam kasus di Benjina.

"Dalam kasus di Benjina, ada perbudakan, ada anak-anak yang dijualbelikan, selama 20 tahun gak pulang-pulang. Kejahatan ini diungkap media dan wartawannya akhirnya mendapat penghargaan Pulitzer," kata Susi. Para korban Benjina merupakan warga dari berbagai negara, seperti Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja, dan Vietnam.

Pada kesempatan itu, Susi juga menceritakan tentang kebijakan yang ia lakukan, termasuk penenggelaman kapal asing yang terbukti melanggar aturan, moratorium izin kapal dan memperketat dalam penangkapan ikan di laut. Berbagai kebijakan yang ia lakukan ini bertujuan untuk menjaga kedaulatan negara, kesejahteraan masyarakat Indonesia dan keberlanjutan industri perikanan di Indonesia.

WNI di Wina bertemu Menteri Susi (Foto:Arifin/detikcom)


Dengan kebijakan-kebijakan ini, saat ini dampak positifnya sudah bisa dirasakan saat ini. Susi menceritakan saat ini para nelayan sudah semakin mudah mendapatkan ikan. "Kalau dulu, nelayan harus melaut dengan jarak yang sangat jauh dan berbulan-bulan. Saat ini nelayan-nelayan bilang ke saya: Bu, saya melaut dan rumah saya masih kelihatan saja saya sudah mendapatkan banyak ikan," kata Susi. Ada kenaikan hasil tangkapan ikan nelayan sebesar 62,53 persen.

Karena melimpahnya ikan yang ditangkap nelayan, tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan juga meningkat. Warga Indonesia harus mendapat asupan protein yang cukup, terutama dari ikan. Tingkat konsumsi ikan pada 2015 meningkat menjadi 41,11 kg/orang/tahun, dari sebelumnya 37,89 kg. "Jangan sampai nanti generasi kita kuntet-kuntet," kata Susi.

Susi mendapat berkali-kali tepuk tangan, terutama saat bercerita mengenai penenggelaman kapal yang merupakan bagian dari penegakan hukum (law enforcement). Akibat dari penenggelaman kapal ini, saat ini kapal-kapal ilegal yang masuk ke Indonesia semakin sedikit.

Menteri Susi dan Dubes RI untuk Wina Rachmat Budiman


Beberapa WNI kemudian diberi kesempatan bertanya dan Susi menjawabnya. Acara ramah tamah dengan WNI selesai sekitar pukul 21.30 waktu Wina.

Hari ini, Senin (23/5/2016) mulai pukul 09.00, Susi memiliki agenda yang padat di Vienna International Center, tempat berlangsungnya sidang CCPJC. Selain mengikuti sidang pleno dan HLSE, Susi juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan Direktur Ekskutif United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) Yuri Fedotov dan juga melakukan pertemuan bilateral dengan delegasi Norwegia. (asy/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads