"Saya pernah ke Museum Fatahillah, ada museum yang sangat menarik di Menteng (yang dimaksudnya Museum Joeang-red), sangat bagus, sangat menarik. Sejauh ini mana yang terbaik, ya tentu tiap museum berbeda-beda ya," tutur Harm Stevens, sejarawan Rijksmuseum saat ditanya pernah ke museum mana saja di Indonesia.
Stevens menyampaikan hal itu di sela-sela seminar sejarah di hari museum internasional bertema "Objects, Museums, Histories: The Case of Diponegoro" di Museum Nasional Indonesia, Jl Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat, Rabu (18/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Baca juga: Kisah Keluarga JC Baud yang 183 Tahun Simpan Tongkat Kiai Cokro Diponegoro)
Lantas di mana museum favorit Anda di Indonesia ini?
"Mmm.. saya pernah mengunjungi satu museum kereta di keraton Yogyakarta, bagus sekali, ya itu museum favorit saya," jelas Stevens.
Ditanya mengenai good practice pengelolaan museum yang bisa dipraktikkan di Indonesia dan apa rahasianya agar museum menjadi menarik dikunjungi dan didatangi banyak orang, Stevens menjawab harus ada kafe dan pelayanan yang baik dan ramah.
"Sangat penting untuk museum di sini dengan koleksi-koleksi berkelas dunia. Saya tidak tahu apa yang bisa Anda pelajari dari kami. Kami sudah memperbarui, membangun kembali museum, sejak 10 tahun lalu. Kami melakukan pembukaan kembali tahun 2013 lalu," tuturnya.
Lantas, bagaimana agar museum itu lebih menghibur dan disenangi? "Bisa dibuka kafe, orang-orang kan suka nongkrong di kafe. Juga membangun atmosfer ramah dan menyenangkan, menerima orang dengan terbuka. Tapi saya lihat di museum ini sudah ada kafe," jelasnya.
Untuk membangun museum yang bagus, sebaiknya tiket masuknya mahal atau murah?
"Harusnya sih gratis ya untuk masuk. Tapi tiket di museum di sini sangat murah untuk ukuran kami. Di Rijksmuseum terlalu mahal. Tapi memang (tiket masuk itu penting sih untuk pemasukan, juga berhubungan dengan perawatan," jawab Stevens ramah.
Museum Nasional Berbenah
Dalam kesempatan terpisah di tempat yang sama, Kepala Museum Nasional Intan Mardiana mengatakan museum tak henti bebenah. Bahkan, kini Museum Nasional yang juga dikenal sebagai Museum Gajah menambah gedung untuk tempat penyimpanan koleksi, memperbaiki tata letak, tata pamer koleksi, meningkatkan sistem dan tempat penyimpanan koleksi standar museum dunia dan sebagainya.
![]() |
Agar museum tak dipandang 'seram', 'kuno', dan menarik anak-anak muda, Intan sudah membuat program-program yang membuat anak-anak muda gemar ke museum. Juga menghiasi fasad museum dengan aneka tanaman sehingga terlihat hijau dan mempertahankan pelayanan dari staf museum yang ramah.
Mengenai tiket yang sangat murah dibandingkan dengan biaya perawatan, detikcom mencontohkan Museum Ullen Sentalu yang tiket masuknya puluhan ribu namun sangat terawat. Nah, akankah tiket Museum Nasional bakal naik?
"Itu nanti pertimbangan kami, sesudah tunggu selesai dulu gedung ini, harus selesai dulu. Nanti kami pikirkan dari parkir, kafe masuk PNBP, semuanya harus kami pikirkan. Ullen Sentalu sih bagus, tiketnya juga 'bagus' Rp 32 ribu. Sekarang tiket Museum Nasional Rp 10 ribu untuk turis asing, Rp 5 ribu untuk dewasa dan Rp 2 ribu untuk anak-anak," jelas Intan sambil tersenyum. (nwk/nrl)