Kunjungan tersebut mendapat sambutan meriah dari publik maupun pemerintah AS. Sebuah kliping koran berisi liputan persitiwa tersebut yang diperoleh detikcom dari KBRI Washington DC menjadi gambaran bagaimana AS menyambut Bung Karno. Media massa di AS ramai-ramai memberitakan peristiwa tersebut dengan berbagai judul.
![]() |
Post and Times-Herald menulis judul Sukarno Disambut Karpet Merah. Menurut media tersebut, saat turun dari pesawat Bung Karno menyapa warga Indonesia yang menyambutnya dengan berteriak "merdeka!" sebanyak 17 kali, menyimbolkan tanggal kemerdekaan Indonesia. Selain itu Bung Karno juga disambut salvo sebanyak 21 kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara harian News and Courier memberitakan kedatangan Bung Karno dengan judul Presiden Indonesia Mendapat Sambutan Meriah Saat Tiba di Washington. Di bawahnya terpampang foto Bung Karno yang memegang tongkat dan berpeci tengah berjalan di sisi Presiden AS Dwight Eisenhower.
Evening News keluar dengan judul Sukarno Menjadi Pusat Perhatian. The Christian Science Monitor memilih judul Pemimpin Indonesia Mendapat Sambutan Meriah di AS, sementara World-Telegram & Sun menulis Pemimpin Indonesia Dielu-elukan di Ibu Kota, dan New York Times memberi judul Sukarno Memukau Ibu Kota.
![]() |
Tak diragukan lagi, Bung Karno telah membuat publik AS terpesona dengan kharismanya. Kepiawaiannya berpidato juga tak luput dari perhatian media. Evening News menyebut Bung Karno sebagai "pembicara yang memukau." Media tersebut mengutip pernyataan seorang diplomat asing yang menganggap kemampuan orasi Bung Karno lebih hebat ketimbang Adolf Hitler.
"Dia seorang pembicara yang memukau. Soekarno adalah orator terhebat yang pernah saya dengarkan, padahal saya sudah pernah mendengarkan pidato Roosevelt, Churchill, Nehru, dan Hitler. Pidatonya dalam bahasa Inggris sangat bagus, tapi dalam bahasa Indonesia luar biasa," kata diplomat tersebut.
Kunjungan Bung Karno dilakukan setahun setelah digelarnya Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung bulan April 1955. Dalam suasana Perang Dingin antara blok Barat (dipimpin AS) dan blok Timur (dipimpin Uni Soviet), Pamor Bung Karno naik di dunia internasional lantaran kampanye netralitas politik dengan tidak memihak salah satu blok.
"Pemimpin netral beragam Islam tersebut membuat senang para penyambutnya, termasuk Presiden Eisenhower yang memintanya untuk tinggal di White House lebih lama ketimbang jadwal resmi," tulis News and Courier.
![]() |
Meski begitu, ketegangan lantaran sikap tidak memihak Bung Karno tetap terasa. Sesungguhnya AS berharap Indonesia mendukung mereka menentang komunisme, dan sikap netral Indonesia mengundang ketidaksukaan AS. Christian Science Monitor menulis "AS Menghadapi Tes dalam Kunjungan Soekarno," sementara Madford Mail Tribune menulis "Kunjungan Pemimpin Indonesia Memicu Persoalan Diplomasi."
Toh demikian, Bung Karno tetap dikagumi lantaran perjuangannya membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Koran Citizen bahkan menyamakan Bung Karno dengan George Washington, panglima angkatan bersenjata Amerika yang memimpin revolusi kemerdekaan melawan Inggris. Mengingat arti penting Washington bagi warga AS, penyejajaran Bung Karno dengan presiden pertama AS itu menunjukkan penghormatan tinggi mereka terhadap Bung Karno. (trw/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini