Lagu genjer-genjer awalnya merupakan kritik sosial. Lagu yang diciptakan M Arif seniman Banyuwangi pada 1943 itu menggambarkan rakyat miskin di masa penjajahan Jepang terpaksa memakan genjer yang tumbuh di sawah. Padahal genjer itu biasanya dimakan ternak seperti itik.
"Genjer-genjer mungkin lagu yang bersifat umum namun khususnya bagi militer TNI lagu ini sangat menyakitkan," ujar Wapres Jusuf Kalla di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (13/5/2016).
"Waktu pembantaian para jenderal kita, diiringi oleh lagu-lagu itu. Jadi mengingatkan pada situasi yang lebih sedih atau yang sangat memilukan atau menimbulkan kemarahan," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarawan UI Muhammad Wasith Albar mengatakan, lagu Genjer-genjer ini dibuat pada 1943. Penciptanya M Arif terinspirasi membuat lagu ini pada zaman Jepang. Genjer dahulu menjadi makanan ternak, tapi karena masa yang sulit akhirnya menjadi makanan untuk sayuran warga.
Kemudian menurut Wasith, terkait lagu Genjer-genjer ini muncul tudingan, lagu ini dinyanyikan Gerwani saat di Lubang Buaya. Ketika itu sejumlah jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal dengan G 30 S/PKI.
Kebenaran soal menyanyikan lagu itu sendiri belum bisa dipastikan. Tapi kemudian beredar lirik lagu di mana genjer-genjer dipelesetkan dari 'genjer-genjer pating kelewer' menjadi "jenderal-jenderal pating kelewer'. Tapi di syair aslinya, sebagai lagu rakyat Banyuwangi tak ada sama sekali lirik lagu yang mengarah ke PKI atau peristiwa politik tertentu. (fiq/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini