Ical memang tidak menyebut nama caketum yang didukung oleh JK maupun Luhut. Dukungan itu dianggap tak perlu dilarang karena para tokoh itu tidak punya hak suara.
"Pak Luhut, Pak JK semuanya punya dukungan, kan enggak apa-apa. Apakah nanti ada Siswono, ataukah Pak Sarwono, nggak apa-apa. Mereka enggak punya hak suara kan," kata Ical saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (12/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Saat Novanto dan Akom Berlomba Merebut Hati Jokowi
Soal isu dukungan dari Luhut ke salah satu caketum Golkar yaitu Setya Novanto memang sempat berhembus di awal pekan ini. Dia memang membantah, namun memberi pengandaian bahwa dukungan itu bisa saja diberikan.
"Kalau saya dukung dia (Novanto), kan sebagai anggota Golkar, kan hak prerogatif saya, (tapi itu) kalau," ungkap Luhut di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Senin (9/5/2016).
"Ya kalau saya suka ke Novanto kan boleh aja, salah? Kan gak salah," tambahnya kemudian.
Baca Juga: Kisah Luhut dan Novanto di Antara Dua 'Papa'
Sementara itu, tentang caketum yang dia dukung di Munaslub, JK memang tidak pernah buka-bukaan. Hanya saja bila melihat ke belakang, caketum Ade Komarudin pernah meminta restu JK pada Selasa (20/4/2016).
Mereka berdiskusi soal masa depan Golkar hingga sejumlah kebijakan pemerintah. Akom yang merupakan Ketua DPR ini mendapat sambutan hangat dari JK.
Biasanya, ketika menerima tamu di kantornya, JK sangat jarang mengantarkan tamunya untuk pulang kecuali tamu tersebut adalah tamu negara. Tapi, kala itu tangan kanan JK berada di pundak Ade Komarudin sambil berjalan keluar dan tertawa bersama-sama.
Baca Juga: Menafsir Rangkulan JK ke Ade Komarudin Jelang Munaslub Golkar
Hari ini, Jumat (13/5/2016), hingar bingar Munaslub Golkar mulai akan dirasakan di Nusa Dua, Bali. Sebanyak 8 caketum akan beradu gagasan di momen debat terakhir malam ini.
Presiden Joko Widodo akan secara resmi membuka Munaslub pada Sabtu (14/5) malam. Juru Bicara Presiden Johan Budi SP mengatakan, Presiden Jokowi tidak ada 'menjagokan' salah satu calon ketua umum dalam Munaslub tersebut. Dia juga menegaskan, soal dukungan konkret dari Golkar ke pemerintah, harus dilihat dulu bagaimana perjalanannya.
"Kalau soal dukungan konkret itu kan harus dilihat perjalanannya. Nanti tidak bisa kita tidak tahu maksudnya Presiden, kan tidak tahu apakah nanti statement yang ngomong dukung pemerintahan itu kan dari pihak siapapun itu, nanti harus dilihat dulu ke depannya itu hukumnya seperti apa dalam pemerintahan. Yang kedua perlu diulang lagi bahwa Presiden tidak favorit atau tidak mendukung khusus salah satu calon ketua umum," kata Johan Budi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (11/5/2016). (imk/tor)











































