Genjer-genjer yang Populer dan Disukai Berubah karena Dicap PKI

Mengungkap Fakta Genjer-genjer

Genjer-genjer yang Populer dan Disukai Berubah karena Dicap PKI

Wisnu Prasetyo, - detikNews
Kamis, 12 Mei 2016 17:18 WIB
Genjer-genjer yang Populer dan Disukai Berubah karena Dicap PKI
Foto: Putri Akmal/ladang genjer di pesawahan di Banyuwangi
Jakarta - Lagu Genjer-genjer menjadi tabu. Yang mendendangkan bisa ditangkap polisi. Padahal, lagu yang lahir di era penjajahan Jepang karya M Arif, seniman Banyuwangi, merupakan bentuk kritik akan kondisi kemiskinan yang ada saat itu.

"Petani dan wong cilik yang menerima akibatnya. Kemiskinan menjadikan genjer menjadi banyak yang makan. Karena banyak yang makan, genjer menjadi semakin populer. Banyak orang di Banyuwangi dan daerah lain yang bercerita tentang oseng-oseng genjer," tulis Budi Susanto, dalam buku 'Penyambung Suara Lidah Rakyat' terbitan Kanisius Yogyakarta tahun 2008 seperti dikutip detikcom, Kamis (12/5/2016).

Terkait: Kapolri: Pakai Atribut Palu Arit dan Nyanyikan Genjer-genjer Bisa Ditangkap

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi menulis, kemiskinan dan makan genjer yang notabene makanan hewan ternak itu akhirnya menginspirasi terbitnya lagu Genjer-genjer.

"Genjer-genjer semakin populer, ia mulai bermunculan dan diputarkan dalam acara kesenian dusun, arisan, mantenan," tulis Budi lagi.

Lagu rakyat yang populer itu kemudian diadopsi PKI. Di acara rapat-rapat dan pertemuan lagu itu dipakai PKI sebagai propaganda rakyat miskin melawan kemapanan.

"Namun selang tak berapa lama, Genjer-genjer mendadak membahana di acara politik," kembali Budi menuliskan.

"Para petani yang menjual genjer mulai mengalami kerugian. Mereka dituduh ikut terlibat golongan merah. Banyak yang membeli genjer untuk kemudian dibuang dan kembali dijadikan seperti fungsinya semula yaitu sebagai pakan ternak,"Β  tulis Budi. (dra/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads