"Tadinya mau tadi malam, tapi karena butuh penerangan 1.000 watt sementara pihak Kebun Binatang tidak mampu memfasilitasi, jadi dilakukan pagi jam 07.00 WIB," ujar Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Sylvana Ratina, Kamis (12/5/2016).
Sylvana mengatakan, nekropsi dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian gajah Yani yang cukup misterius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sylvana, rencananya nekropsi berlangsung selama tiga jam. Selama proses tersebut, pihaknya meminta Kebun Binatang Bandung untuk tidak menerima pengunjung.
"Kebun Binatang Bandung ditutup dulu selama autopsi, takut mengganggu," jelasnya.
Gajah Sumatera bernama Yani diketahui tergolek tak berdaya sela satu minggu di belakang kandang Gajah Sumatera Kebun Binatang Bandung.
Yani tidak ditangani dokter langsung, pengelola menangani sendiri dengan hanya berkonsultasi kepada ahli Gajah Sumatera melalui telepon.
Baru Rabu (11/5) sore, setelah ramai diberitakan, bantuan dokter berdatangan dari Pemkot Bandung, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Taman Safari dan Rumas Sakit Hewan Cikole.
Tim dokter membalikkan badan Yani untuk mengobati dan membersihkan luka-luka di tubuh Yani. Mereka juga memberi infus untuk pertahanan tubuh Yani. Sore itu, Yani juga sudah banyak bisa bergerak, tak lemas seperti pagi harinya.
Dokter juga sempat mengambil sampel darah Yani untuk mengetahui penyebab Yani sakit. Namun malang, sekitar satu jam setelah tim dokter menangani, Yani mati. (avn/bag)











































