"Jangan terlalu reaktif, nanti malah bisa salah penanganan. Kita pahami dulu persoalannya agar lebih jelas apa motif dan latar belakangnya. Jangan-jangan itu memang hanya tren berbusana anak muda dan tidak memiliki niatan politis apapun. Tapi bisa juga dicari lebih jauh jangan-jangan memang ada desain-desain tertentu dari kelompok tertentu," ujar Zulkifli kepada wartawan di Solo, Selasa (10/5/2016) pagi.
Terkait dengan tren, lanjut Zulkifli, ada pengalaman menarik dari keluarganya sendiri. Beberapa waktu lalu dia mendapati salah satu anaknya juga mengenakan kaos dengan desain gambar palu arit. Zulkifli merasa perlu untuk mengetahui apa alasan anaknya mengenakan kaos bergambar seperti itu. Setelah ditanya, ternyata, anak tersebut sama sekali tidak memiliki tendensi politik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, bukan berarti persoalan maraknya atribut palu arit bisa direduksi sebagai persoalan tren saja. Tidak tertutup kemungkinan bahwa memang ada desain tertentu oleh kelompok-kelompok tertentu seiring dengan upaya Pemerintah menuntaskan persoalan masa lalu terkait tragedi politik sekitar tahun 1965. Bahkan tidak tertutup kemungkinan juga bahwa memang ada yang sengaja ingin membangkitkan ideologi tersebut.
"Kalau memang ada yang mendesain atau bahwa ingin membangkitkan, ya harus dilarang secara tegas. Ideologi itu kan memang terlarang di negara ini. Tap MPRS (tentang pelarangan ideologi komunis) juga belum dicabut. Karena itulah menurut saya perlu dilihat dulu secara tuntas motif dan latar belakangnya. Jangan terlalu reaktif dulu sebelum tahu persoalannya. Jangan sampai salah penananganan, nanti malah tidak mengena pada sasaran," kata dia. (mbr/dra)











































