Tapi di sisi lain, kemunculan pendaki pemula yang belum mengerti cara mencintai dan berperilaku di gunung memunculkan kekhawatiran. Sampah plastik dan kotoran manusia banyak berserak di gunung.
Seperti saat libur panjang awal Mei ini, beberapa pendaki gunung mengisahkan pengalaman mereka akan kondisi gunung yang mengkhawatirkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya di Prau, di Gunung Rinjani di NTB, kotoran manusia juga banyak terdapat di semak-semak. Setidaknya saat detikcom melangkah di jalur setapak, mesti berhati-hati. Banyak pendaki yang buang kotoran manusia sembarangan.
Semestinya, para pendaki gunung mengikuti cara kucing saat buang air. Menggali tanah, kemudian menguburnya kembali ketika selesai.
"Bila di jalur pendakian ingin buang air, cari lokasi agak jauh dari jalur dan tentu aman dari hewan berbahaya. Cari semak-semak yang bisa dipijak, kemudian keduk tanahnya hingga pas, lalu selesai hajat cuci dengan tisu dan buang di lubang juga. Setelah itu tutup dengan tanah lagi," jelas Nurjo, pria berusia 38 tahun yang setahun dua kali naik gunung ini sejak SMA.
Agar mudah menggali gunung, bisa membawa alat untuk menggali atau ranting. Menggali lubang dan mengubur kembali dengan tanah akan membantu keasrian gunung.
"Sekarang ini banyak pendaki yang belum siap. Mendaki harus menjaga dan mencintai alam, itu poinnya," ujar Nurjo yang juga menjadi driver Go-Jek ini. Sedang untuk sampah plastik, harus dibawa kembali turun. Ingat dengan jelas kalimat sakti para pendaki 'jangan tinggalkan apapun di gunung, kecuali jejak kaki'. (kff/dra)











































