Sayangnya tak semua pendaki memahami etika dan ilmu tentang pendakian. Dalam hal etika misalnya, masih banyak sampah yang berserakan di beberapa titik, khususnya di dekat pos atau camp area. Kondisi ini terlihat di hampir semua gunung favorit di Indonesia, salah satunya Gunung Rinjani.
Padahal pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani telah memasang banyak plang peringatan agar tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, banyak pendaki yang buang air besar sembarangan sehingga mengganggu pendaki lain. Mereka membuang hajat di semak-semak namun dibiarkan begitu saja tanpa ditutup tanah. Bahkan ada yang membuang hajat di dekat jalur pendakian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini terlihat di jalur pendakian Sembalun setelah pos 3 hingga Plawangan, camp area terakhir sebelum menuju ke puncak. Kemudian dari Plawangan menuju ke Segara Anakan, hingga jalur pendakian Senaru juga banyak dijumpai kotoran manusia.
Menurut para porter yang merupakan warga lokal, kondisi semacam ini sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Semakin lama, pendaki semakin banyak, namun kesadaran lingkungannya masih kurang.
"Jangankan pendaki, porter dari jalur lain juga banyak yang tidak bawa sampahnya turun ke bawah," kata Miski (19), porter Gunung Rinjani asal Sembalun.
Namun demikian, keindahan Gunung Rinjani tetap tak terkalahkan. Mendaki melalui jalur Sembalun yang dipenuhi savana dan turun melalui jalur Senaru yang dipenuhi pohon-pohon tinggi khas hutan hujan tropis, menyajikan pengalaman tak terlupakan.
Apalagi keindahan Danau Segara Anakan di ketinggian 2.010 MDPL yang sungguh luar biasa. Di sekitar danau, para pendaki dapat berendam air panas yang mengandung belerang. Rasa lelah setelah melakukan pendakian di ketinggian 3.726 MDPL langsung hilang begitu menceburkan diri di sana. Sungguh nikmat yang luar biasa.
"Kapan lagi kita bisa mandi air panas di tengah gunung kalau tidak di Rinjani? Ayo manjakan dirimu!," ujar salah seorang pendaki asal Surabaya, Ardi di Gunung Rinjani beberapa waktu lalu. (khf/dra)