"Buku ini bukan buku masak. Kalau buku masak banyak, buku resep juga banyak. Tapi buku ini adalah kumpulan pengamatan saya selama melakukan diplomasi kuliner," kata William dalam perbincangan dengan detikcom di Washington DC, Amerika Serikat, Jumat (6/5/2016).
Foto: Buku "Flavors of Indonesia (Shohib Masykur/detikcom) |
Dengan tebal 180 halaman, buku itu sesungguhnya ingin bercerita kepada dunia tentang makanan sebagai bagian dari budaya suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Seperti kata pepapatah Barat, you are what you eat, atau makananmu menunjukkan siapa kamu. Dengan buku ini William ingin mengabarkan kepada dunia tentang kultur Indonesia.
Karena target utamanya adalah pembaca asing, maka buku terbitan BAB Publishing itu ditulis dalam bahasa Inggris dan didistribusikan ke seluruh dunia. Edisi Indonesia dan China akan menyusul. Pemesanan bisa dilakukan lewat toko buku besar di AS seperti Amazon dan Barnes and Noble.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Buku "Flavors of Indonesia (Shohib Masykur/detikcom) |
Salah satu kekhasan dari kuliner Indonesia yang disoroti di buku itu adalah pasar tradisional. Menurut William, pasar tradisional memiliki hal-hal yang tidak dimiliki supermarket. Misalnya, interaksi antara penjual dan pembeli yang tidak sekedar transaksional, melainkan penuh dengan sisi kemanusiaan.
Selain itu, penjual mengetahui betul bahan-bahan yang mereka jual dan bagaimana cara terbaik mengolahnya. Bagi seorang ahli masak, penguasaan dari hulu sampai hilir semua aspek dalam makanan penting artinya. Karena itulah William berpendapat apapun yang terjadi pasar tradisional harus dilestarikan.
"Jantung kuliner Indonesia adalah pasar tradisional. Di situ kita bisa lihat bahan-bahan yang dipakai sebagai kearifan lokal. Saya belajar banyak sekali dari pasar tradisional," ujarnya.
Menurut William, kuliner Indonesia sangat berpotensi untuk mendunia. Terlebih saat ini ada kecenderungan di masyarakat internasional untuk menyukai masakan dengan cita rasa baru yang kompleks, sementara masakan Barat punya cita rasa monoton.
Foto: William Wongso (Shohib Masykur/detikcom) |
Untuk mengembangkan kuliner Indonesia di luar, kata William, peran diaspora Indonesia amat signifikan. Modal saja tidak cukup untuk menjamin keberlangsungan suatu restoran Indonesia di luar negeri. Hal ini telah terbukti dengan rontoknya restoran-restoran Indonesia di AS yang hanya mengandalkan modal besar tanpa dukungan sumber daya manusia yang bisa merawatnya.Β Β
Selain itu, William juga yakin bahwa masa depan terletak pada street food (makanan jalanan), bukan fine dining (restoran mewah). Baik dari segi nilai maupun serapan tenaga kerja, street food jauh melampaui fine dining.
Oleh karena itu, ketika saat ini Anthony Bourdain merancang Bourdain Market di New York yang berisi street food dari berbagai penjuru dunia, William berupaya agar kuliner Indonesia bisa masuk di dalamnya. Hal ini merupakan langkah penting untuk mengenalkan kuliner Indonesia kepada dunia.
"Impian saya adalah kuliner Indonesia masuk ke dalam peta kuliner dunia," ucapnya sungguh-sungguh.
(miq/miq)












































Foto: Buku "Flavors of Indonesia (Shohib Masykur/detikcom)
Foto: Buku "Flavors of Indonesia (Shohib Masykur/detikcom)
Foto: William Wongso (Shohib Masykur/detikcom)